Ketika Sampah Jadi Tabungan: Kisah Ibu-Ibu di Rancaekek Bandung Mengubah Lingkungan

Kegiatan ini dimulai dengan edukasi sederhana kepada warga untuk memilah sampah basah dan kering.

Tribunjabar.id / Adi Ramadhan Pratama
Seorang ibu dari Bank Sampah Saring Seroja sedang menujukkan gudang yang digunakan untuk menyimpan sampah kering dari warga. 

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Adi Ramadhan Pratama 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sekelompok ibu rumah tangga di Kelurahan Rancaekek Kencana, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, memiliki cara unik dalam membantu perekonomian keluarga sekaligus menjaga kebersihan lingkungan. 

Melalui Bank Sampah Saring Seroja, mereka mengubah sampah-sampah rumah tangga menjadi tabungan yang bisa dimanfaatkan menjelang bulan Ramadan.

Di mana, Bank Sampah Saring Seroja berdiri sejak tahun 2017 atas inisiatif dari salah seorang ibu rumah tangga yaitu Luciana Saptarini.

Luciana melihat, banyak ibu rumah tangga di sekitarnya yang tidak memiliki kegiatan di luar rumah. 

Dari situlah muncul keinginan untuk menciptakan sebuah wadah yang bisa memberdayakan para ibu agar tetap produktif.

"Di kawasan sini kebanyakan memang ibu-ibu karir, tapi ada juga beberapa yang ibu rumah tangga. Nah, mereka tidak memiliki berkegiatan dan saya pengin ada kegiatan. Disitulah muncul ide untuk mengadakan kelompok sosialisasi sampah," ujarnya kepada Tribun Jabar, Jumat (7/11/2025).

Sebagai Ketua Bank Sampah Saring Seroja, Luciana menceritakan, kegiatan ini dimulai dengan edukasi sederhana kepada warga untuk memilah sampah basah dan kering.

Namun setelah kegiatan pemilahan berjalan, muncul pertanyaan baru, yaitu ke mana sampah hasil pilahan itu akan dibuang.

"Awalnya memang kami melakukan edukasi untuk pemilahan. Tapi setelah itu, kami berpikir setelah dipilah harus dikemanakan. Mulai dari situ, lalu kami membuat bank sampah," katanya. 

Meskipun begitu, karena keterbatasan tenaga, kegiatan bank sampah difokuskan kepada sampah kering. Oleh karena itu, nama "Saring" diambil untuk dijadikan nama dari singkatan "sampah kering". 

Yang mana, mereka hanya menerima sampah anorganik yang sudah dipilah di rumah, tanpa harus dipisahkan lagi berdasarkan jenis. 

"Apapun itu sampah keringnya mereka bisa jual ke sini. Tapi kami hanya menerima sampah dari warga yang sudah memilahnya dari sampah kering dan basah," ucapnya.

Warga yang sudah memilah, nanti bisa membawa sampah tersebut ke lokasi Bank Sampah Saring Seroja seminggu sekali untuk ditimbang.

Setiap kilogramnya, sampah waega akan dihargai Rp1.000 dan hasilnya dicatat dalam buku tabungan masing-masing nasabah.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved