Ketika Sampah Jadi Tabungan: Kisah Ibu-Ibu di Rancaekek Bandung Mengubah Lingkungan
Kegiatan ini dimulai dengan edukasi sederhana kepada warga untuk memilah sampah basah dan kering.
Penulis: Adi Ramadhan Pratama | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
"Sampahnya nanti kami bayar dan uangnya itu kami masukan ke dalam tabung, jadi tidak langsung dibayarkan. Barulah ketika menjelang bulan Ramadan, kami bayarkan sesuai catatan tabungan sampah mereka," ujarnya.
Pada awalnya, nasabah atau warga yang ikut ke Bank Sampah Saring Seroja tersebut hanya tujuh orang. Namun, seiring waktu nasabah ke bank sampah tersebut semakin banyak
Selain menimbun sampah untuk nanti dijual kembali ke pengepul, Luciana mengatakan dirinya dan para anggotanya membuat sejumlah karya seni dari sampah-sampah bekas tersebut.
"Kami juga memilah sampah seperti botol-botol plastik atau bahan lainnya untuk nanti diolah jadi karya seni agar nanti harganya bisa naik. Lalu ada juga karya yang nanti dipamerkan juga ke acara-acara, itu semua karya ibu-ibu," ucapnya.
Luciana menjelaskan, keuntungan yang diperoleh dari penjualan sampah ke pengepul nantinya akan dibagi ke dalam beberapa pos, selain untuk warga yang menabung.
Salah satunya digunakan untuk memberikan reward kepada warga berupa sembako tahunan.
"Jadi warga yang misalnya nabung, kami kasih reward berupa sembako setiap tahunnya. Jadi buat termotivas, agar mereka tambah senang memilah. Lalu, kami sedekahkan ke masjid dan ke kaum duafa," ujarnya.
Barulah yang terakhir, sisa hasil penjualan sampah ke pengepul akan digunakan untuk biaya operasional dan membayar jasa para pengurus Bank Sampah Saring Seroja.
Lebih lanjut, Luciana mengungkapkan, seluruh kegiatan Bank Sampah Saring Seroja dijalankan secara swadaya tanpa bantuan dana dari pemerintah.
Di mana awalnya, bangk sampa tersebut hanya mencakup tingkat RW, tetapi seiring berjalannya waktu, kegiatan ini semakin dikenal hingga mendapat surat keputusan (SK) dari kelurahan.
"Seiring waktu, kami mulai dikenal dan mendapat SK dari Kelurahan Rancaekek Kencana. Disitu mulailah nama kami naik dan alhamdulillah sekarang sudah beroperasi satu kelurahan dengan nasabah hingga 115 orang," katanya.
Dengan semua aktifitasnya selama ini, Luciana berharap ke depannya setiap RW di wilayahnya dapat memiliki bank sampah sendiri agar pengelolaan tidak hanya bergantung pada Saring Seroja.
Sebab menurutnya, dampak nyata terlihat sejak program Bank Sampah Saring Seroja berjalan. Di mana, volume sampah berkurang, pengelolaan di TPS 3R menjadi lebih mudah, dan lingkungan lebih bersih.
"Kami sebenernya tidak berharap kalau warga menjadi nasabah kami atau tidak. Yang kami inginkan, warga disini bisa memilah sampah. Karena sampah terbesar itu dari rumah tangga. Jika bisa dipilah dengan baik, saya yakin lingkungan menjadi bersih," ucapnya.
Melalui Bank Sampah Saring Seroja, mereka tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga membantu sesama dan membangun semangat kemandirian di tengah masyarakat.
| Sebanyak 36 dari 122 SPPG di Bandung Barat Sudah Mengantongi SLHS |
|
|---|
| Polisi Amankan 2 Debt Collector yang Aniaya Driver Ojek Online di Margahayu Bandung |
|
|---|
| Desa Wisata Lebak Muncang Ciwidey Tawarkan Wisata Edukasi dan UMKM Olahan Stroberi |
|
|---|
| Setelah PT BDS, Kini BPR Kerta Raharja Digeledah Polisi, Pengamat Soroti Lemahnya Pengawasan BUMD |
|
|---|
| Dinantikan Siswa Penerima MBG, SPPG Pangauban Bandung Barat Minta BGN Segera Turun Tangan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Seorang-ibu-dari-Bank-Sampah-Saring-Se.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.