Demo Pekerja Pariwisata di Gedung Sate
Bukan Soal Pariwisata, Sekda Jabar Sebut Larangan Study Tour Lindungi Orang Tua dari Utang Pinjol
Banyak orang tua siswa, kata dia, yang rela meminjam uang dari pinjaman ilegal hanya demi membiayai anaknya ikut study tour.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman menyebut jika larangan study tour merupakan upaya untuk meringankan beban orang tua siswa dari biaya-biaya di luar pendidikan.
Penjelasan mengenai study tour ada di bawah artikel
Dikatakan Herman, kebijakan tersebut memang memberi dampak pada sektor pariwisata.
Namun, kata dia, kebijakan ini harus dilihat dalam konteks yang lebih luas.
"Kami menghargai penyampai aspirasi itu, tentu kami dalami dengan cermat, karena setiap warga negara punya hak untuk menyampaikan aspirasi, saran, kritik, gak ada persoalan," ujar Herman, Selasa (22/7/2025).
Baca juga: Demo Bus Pariwisata Tak Mempan, Dedi Mulyadi Tegaskan Tetap Larang Study Tour
Menurutnya, larangan sekolah menggelar study tour salah satunya karena khawatir ada dampak ekonomi yang justru dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga orang tua siswa.
"Kami memandang kebijakan itu sangat efektif untuk memastikan proses pembelajaran lebih optimal, termasuk dinamika ekonomi keluarga yang tentu faktanya akan mempengaruhi proses pembelajaran siswa," katanya.

Banyak orang tua siswa, kata dia, yang rela meminjam uang dari pinjaman ilegal hanya demi membiayai anaknya ikut study tour.
"Ujungnya itu memberatkan orang tua, terutama orang tua menengah bawah. Ujungnya adalah pinjam ke Bank Emok, ujungnya pinjam ke pinjol ilegal,” ucapnya.
Herman menilai konsep study tour semestinya tetap kontekstual, edukatif, dan terjangkau. Banyak alternatif destinasi edukasi di dalam kota atau kabupaten, yang biayanya sangat ringan tapi tetap memberikan nilai pembelajaran dan relaksasi bagi siswa.
"Yang dimaksud Pak Gubernur kalau study tour-nya memanfaatkan misalnya ya, orang Bandung kan bisa ke Museum Geologi, ke Gedung Sate, ke Tahura. Murah meriah tapi anak-anak dapat ilmu. Kalau orang Sumedang bisa ke Museum Prabu Gesang Ulun, Gunung Kunci. Bisa pakai angkot, murah banget," katanya.
Terkait pelaku usaha jasa pariwisata, Herman menegaskan jika Pemprov Jabar saat ini tengah
mengembangkan berbasis budaya dan lingkungan.
”Masa agen travel, hotel, restoran dibangun untuk study tour, kan tidak. Dibangun untuk bisnis, dan bisnis kan banyak market-nya," ucapnya.
"Kami sekarang sedang konsen untuk menjaga alam Jawa Barat. Alih fungsi lahan kami kendalikan, kawasan hijau kita jaga, penghijauan besar-besaran, kampung adat, sungai, dan gunung-gunung kita rawat. Itu roh pariwisata Jawa Barat. Kembalikan alam, jaga budaya, itu modal utama pariwisata kita," tambahnya.
Batal Demo Tolak Larangan Studi Tur, Pekerja Pariwisata Minta Gubernur Dedi Mulyadi Revisi Kebijakan |
![]() |
---|
Kecewa Dijawab Lewat Medsos, P3JB Minta Dukungan DPR RI Desak Dedi Mulyadi Cabut Larangan Study Tour |
![]() |
---|
Dampak Dedi Mulyadi Larang Study Tour, 50 Persen Pendapatan Pekerja Pariwisata Hilang |
![]() |
---|
Beda Study Tour dan Piknik seperti Disebut Dedi Mulyadi, antara Rekreasi Murni atau Sambil Belajar |
![]() |
---|
Sekolah di Bandung Bingung Sikapi soal Study Tour, Harus Ikut Larangan KDM atau Izin Farhan? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.