Banjir di Dayeuhkolot

Tak Ada Rasa Takut, Nenek Yayah Tetap Jualan Kerupuk di Tengah Kepungan Banjir Dayeuhkolot

Di tengah kepungan banjir yang merendam Dayeuhkolot, seorang wanita lanjut usia berjalan pelan sambil menenteng plastik berisi kerupuk.

Tribun Jabar / Adi Ramadhan Pratama
TETAP JUALAN - Yayah (68) sedang berjualan kerupuk di kawasan banjir di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kacmatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Meski kondisi wilayah ini sedang dikepung banjir, Yayah tak surut untuk tetep berjualan demi menafkahi keluarga di rumah. 

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Adi Ramadhan Pratama 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di tengah kepungan banjir yang merendam Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, seorang wanita lanjut usia tampak berjalan pelan sambil menenteng plastik berisi kerupuk.

Meskipun banjir yang dilaluinya mencapai paha orang dewasa, nenek tersebut terus melangkah maju sedikit demi sedikit dengan satu tujuan, menjual kerupuknya.

Wanita tersebut adalah Yayah (68). Di usianya yang tidak lagi muda ia tampak tak kenal takut dan tegar menjual barang dagangannya di tengah banjir melanda.

Di matanya, banjir yang dilaluinya hari ini hanyalah tantangan ringan belaka.

Sebab yang terberat baginya adalah tidak bisa membawa uang sepeser pun untuk keluarganya saat pulang nanti.

"Memang sering lewat sini. Pulang juga biasa lewat sini, walaupun banjir juga. Soalnya rumah saya di sekitar sini," ujar Yayah kepada Tribun Jabar pada Senin (3/11/2025).

Setiap paginya, Yayah selalu menjual kerupuk dagangannya di daerah sekitar wilayah yang terendam banjir. 

Baca juga: Mulai Januari 2026 Uji KIR Tak Lagi Dilakukan Dishub Tapi Oleh Diler Resmi Kendaraan Pemegang Merek

Yayah biasa berangkat dari rumahnya di Kampung Bahuan, Kecamatan Baleendah menuju ke Palasari, Citepus, melewati rute Andir yang lebih bisa dilalui.

Setiap hari ia terus-menerus melakukan kegiatan rutin ini karena sebuah perjuangan untuk menghidupi keluarganay di rumah.

"Mau bagaimana lagi kalau tidak jualan, keluarga saya mau makan apa nanti. Rumah saya juga sama terendam banjir. Tapi, saya cuma bisa gini," katanya.

Dengan menggunakan baju daster berwarna hijau dan kerudung merah, Yayah terus berteriak menawarkan kerupuknya. 

Namun sayangnya, kondisi yang sulit ini membuat barang dagangannya masih belum terjual satu pun.

"Iya kaya gini aja, barang masih banyak belum ada penglaris juga hari ini. Saya cuma jual kerupuk kayak gini, cuma ngedagangin lagi bukan bikin sendiri," ucapnya.
 
Harga kerupuk yang dijual Yayah bahkan tidak sebanding dengan perjuangan yang dilaluinya.

Sebungkus kerupuk dijual dengan harga Rp12 ribu. 

"Iya, paling cuma gini aja, kalau basah kan ini sudah di plastik. Terus sama saya dijinjing aja kaya gini," ujarnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved