Setiap Kemarau Macan Tutul Jawa Sering Turun ke Lereng Sanggabuana untuk Memangsa Ternak Warga

“Jejak di lapangan sudah hilang, hanya menyisakan sisa-sisa darah yang mengering. Kami baru bisa simpulkan nanti setelah ada hasil dari kamera trap"

Penulis: Cikwan Suwandi | Editor: Adityas Annas Azhari
ISTIMEWA
Seekor anak macan tutul berhasil diselamatkan Balai Besar Konservasi Satwa Daerah (BBKSDA) Jabar setelah dari habitatnya di kaki Gunung Sawal, Ciamis, 2015 silam. Macan tutul seperti ini yang diperkirakan berkeliaran di lereng Pegunungan Sanggabuana. karawang. 

TRIBUNJABAR.ID,KARAWANG - Macan kembali memangsa lima ekor hewan ternak milik warga di lereng Pegunungan Sanggabuana, Karawang,  8 September 2023 lalu.

Lokasi konflik satwa liar kali ini terjadi di Kampung Cipaga, Desa Wargasetra, Kecamatan Tegalwaru, Karawang.

Pemilik ternak, Muhtar menceritakan, peristiwa itu terjadi sekitar Pukul 03.00 WIB dini hari. Ketika itu dia mendengar seperti suara kucing mengeong di sekitar tempat dombanya diikat.

Memang Muhtar tidak menyediakan kandang untuk dombanya. Dia hanya mengikat dan mematok domba dengan tali di lahan.

Pasukan Denharrahlat Kostrad bersama Ranger SCF memasang kamera trap di lereng pegunungan Sanggabuana untuk memantau pergerakan macan, Selasa (26/9/2023)
Pasukan Denharrahlat Kostrad bersama Ranger SCF memasang kamera trap di lereng pegunungan Sanggabuana untuk memantau pergerakan macan, Selasa (26/9/2023) (istimewa Sanggabuana Conservation Foundation)

Saat mendengar suara mengeong, dia tidak berani keluar rumah.  "Saya baru subuh berani mengecek. Dan empat domba mati satu hilang. Sisa tiga yang masih hidup, " kata Muhtar, Selasa (26/9/2023).

Informasi karnivora besar yang memangsa ternak domba warga ini pertama kali diterima oleh Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) dari Komandan Dataseman Pemeliharaan Daerah Latihan (Denharrahlat) Kostrad Mayor Inf Wisnu Broto.

Denharrahlat Kostrad yang bermarkas di lereng Gunung Sanggabuana mempunyai daerah latihan yang berada di Desa Mekarbuana. Warga yang ternaknya dimangsa karnivora waktu itu melapor ke Denharrahlat.

Baca juga: Macan Tutul Gunung Sawal Kembali Tebar Teror, Ayam dan Anjing Peliharaan Warga Desa Cikupa Lenyap

Komandan Denharrahlat Kostrad, Mayor Inf Wisnu Broto mengatakan, total ada lima ekor domba yang dimangsa. Empat ekor ditemukan dengan luka di leher dan beberapa bagian tubuhnya. Hewan itu terdiri atas satu ekor indukan dan 3 ekor anakan.

Untuk yang induk, selain luka di leher terdapat juga luka di bagian badan bagian belakang, dan bagian paha dan kaki hilang.

"Sedangkan satu ekor lagi hilang. Kemungkinan dibawa pergi oleh karnivora yang memangsa ternak," ujar Wisnu.

Baca juga: Peziarah Ditemukan Tewas di Jalur Pendakian Sanggabuana Karawang, Mendaki Sendiri saat Sakit

Setelah mendapat laporan, Denharrahlat Kostrad meneruskan informasi ini kepada Sanggabuana Conservation Foundation (SCF). Setelah itu melakukan ground check di lapangan bersama-sama.

Wisnu Broto pun mengimbau peternak yang mengalami korban kerugian tidak bertindak menangkap atau membunuh karnivora atau macan tersebut.

Ia juga meminta Ranger SCF meneruskan informasi tersebut kepada pihak berwenang, dalam hal ini Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat. Sebab, macan tutul ini adalah satwa dilindungi sesuai Permen 106 Tahun 2018.

Baca juga: Diprediksi Ada 10-15 Macan Tutul Jawa di Pegunungan Sanggabuana, Seekor Terekam Kamera Trap Sukatani

"Jadi secara hukum adalah milik negara, dan kita bertugas melindungi. Apalagi satwa ini berada di kawasan Pegunungan Sanggabuana yang menjadi daerah latihan kami," ujarnya.

Selain untuk tidak memburu satwa liar dilindungi yang ada di Sanggabuana, Wisnu Broto juga akan memastikan tidak ada penebangan liar di Sanggabuana yang bisa merusak ekosistem dan habitat satwa Pegunungan Sanggabuana.

Kostrad yang berada di Sanggabuana dan Jatiluhur akan memastikan Pegunungan Sanggabuana tetap asri.

Baca juga: Kenalkan Wisata Alam dan Kopi Khas Karawang, Saung dan Warung Koffie Hideung di Sanggabuana Dibangun

Pasukan Denharrahlat Kostrad bersama Ranger SCF kemudian melakukan ground check di lapangan dan memasang kamera trap untuk memastikan karnivora yang memangsa ternak warga ini.

Solihin Fuadi, Direktur Eksekutif SCF mengatakan, tren di Sanggabuana memang setiap puncak musim kemarau macan tutul jawa sering turun memangsa ternak warga yang berada di area penyangga.

Ini sudah kejadian yang kesekian kalinya di Desa Wargasetra. Kebiasaan masyarakat memang membuat kandang di kebun atau ladang di pinggiran hutan.

Baca juga: BBKSDA Jabar Sebut Harimau Benggala Bukan Satwa Liar Dilindungi di Indonesia

"Ke depan kami akan meminta bantuan dari Pemkab atau BBKSDA Jabar untuk membuatkan kandang halau buat para peternak supaya ternaknya aman dari serangan karnivora besar," ujar Solihin.

Setelah melakukan ground check bersama pasukan Denharrahlat Kostrad, Solihin mengaku tidak berani menyimpulkan satwa jenis apa yang memangsa ternak warga. Sebab warga baru melapor tanggal 20 September 2033 padahal kejadiannya tanggal 8 September 2023.

“Jejak di lapangan sudah hilang, hanya menyisakan sisa-sisa darah yang sudah mengering.  Kami baru bisa simpulkan nanti setelah ada hasil dari kamera trap," ujar Solihin.

Baca juga: Macan Tutul Masuk Perkampungan Warga di Karawang, Dua Domba Dimangsa

Bernard T Wahyu Wiryanta, fotografer dan peneliti satwa liar Sanggabuana yang ikut melakukan ground check bersama Denharrahlat Kostrad menduga satwa liar yang menyerang ternak ini adalah karnivora besar jenis macan tutul Jawa atau Panthera pardus melas.

Hal ini dilihat dari luka-luka yang ditinggalkan di ternak yang mati. Seperti luka di leher dan pada bagian paha belakang yang hilang. Itu adalah pola dan karakter serangan karnivora besar seperti macan tutul jawa.

"Mereka akan menerkam leher untuk mematikan mangsanya. Kemudian pola makannya dimulai dari bagian dalam isi perut dan/atau kaki atau paha bagian belakang dulu. Bisa kemudian ditinggal dan diteruskan sampai habis di lain waktu, atau diangkut ke atas pohon," ujar Bernard yang menjabat Dewan Pembina di SCF.

Baca juga: Anak Harimau yang Dirawat Alshad Ahmad Mati, BBKSDA Jabar Siap Turunkan Tim

Bernard T Wahyu Wiryanta mengatakan, tren 3 tahun terakhir, kejadian konflik satwa liar di Sanggabuana terjadi pada puncak musim kemarau. 3 tahun terakhir kejadian ternak dimangsa macan tutul ini karena induk macan tutul sedang mengasuh anak-anaknya dan mengajari anaknya berburu dan memangsa satwa buruan.

Seperti pada kejadian sebelumnya, Tim SCF menemukan jejak dari beberapa ekor individu dengan ukuran berbeda. Di Sinapeul, ada satu jejak dengan ukuran besar, dan dua hingga tiga jejak lain berukuran kecil.

"Ini adalah jejak induk macan tutul jawa dengan anak-anaknya. Biasanya untuk mengajari berburu, ketika susah mendapatkan mangsa satwa liar, induk ini akan menggunakan ternak warga sebagai prey atau mangsanya," ujar Bernard. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved