Kader Gerindra Jabar Tolak Gabungnya Budi Arie dan Projo: Menjaga Marwah dan Ideologi Partai Kader

Buky menegaskan bahwa langkah membuka pintu bagi Budi Arie dan relawan Projo bukan sekadar isu sederhana.

tribunjabar.id / Nazmi Abdurrahman
Wakil Ketua I Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi (OKK) DPD Partai Gerindra Jawa Barat, Dr. H. Buky Wibawa, M.Si. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Wacana bergabungnya Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, bersama kelompok relawannya ke Partai Gerindra menuai penolakan tegas dari kalangan internal partai berlambang garuda tersebut.

Salah satu suara keras datang dari Dr. H. Buky Wibawa, M.Si, yang merupakan Wakil Ketua I Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi (OKK) DPD Partai Gerindra Jawa Barat.

Dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (7/11/2025), Buky menegaskan bahwa langkah membuka pintu bagi Budi Arie dan relawan Projo bukan sekadar isu sederhana, melainkan menyangkut prinsip dan jati diri partai.

Ia menolak keras wacana tersebut dengan alasan ideologis dan prinsipil yang dianggap menyentuh akar perjuangan Gerindra sejak berdiri.

Menurut Buky, penolakan yang disuarakannya bukan berangkat dari kepentingan pribadi, melainkan bentuk kesadaran kolektif kader untuk menjaga marwah serta integritas Gerindra sebagai partai kader, bukan partai kendaraan politik.

Ia menilai, partai yang dibangun oleh Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto tersebut berdiri di atas fondasi pengorbanan, kesetiaan, dan konsistensi ideologi perjuangan, bukan hasil kompromi pragmatis jangka pendek.

“Gerindra dibangun dari proses panjang pengorbanan dan konsistensi ideologi perjuangan, bukan hasil pragmatisme politik sesaat,” ujar Buky dengan tegas.

Ia menjelaskan bahwa sejak berdiri pada 2008, Gerindra telah menegaskan dirinya sebagai partai pembentuk kader sejati, bukan tempat persinggahan bagi para pencari momentum politik.

Sistem kaderisasi yang berjenjang dan terstruktur, menurutnya, menjadi kekuatan moral yang menjaga arah partai tetap berada pada jalur perjuangan sebagaimana digariskan oleh Ketua Umum.

Buky mengingatkan bahwa wacana masuknya figur eksternal seperti Budi Arie dan kelompok relawan Projo justru berpotensi menimbulkan distorsi terhadap kultur perjuangan partai.

Dalam kajian kelembagaan politik, hal itu dikenal dengan istilah co-optation risk atau risiko pengambilalihan nilai dan arah partai oleh unsur non-organik yang tidak melalui proses kaderisasi.

Sebagai partai yang berakar pada ideologi dan nilai perjuangan, ia menilai Gerindra harus berhati-hati agar tidak berubah menjadi partai oportunistik yang loyalitasnya bergantung pada kekuasaan semata.

“Gerindra adalah rumah perjuangan, bukan rumah singgah politik. Ini tempat bagi mereka yang bertahan di kala kalah, bukan hanya datang ketika menang,” tegas Buky.

Ia menambahkan, menjaga marwah partai berarti turut menjaga integritas ideologi dan menghormati pengorbanan kader yang telah berjuang sejak awal dengan tenaga, waktu, serta idealisme.

Sebagai kader yang telah mengabdi sejak 2008, Buky menyatakan keyakinannya bahwa kekuatan Gerindra tidak terletak pada banyaknya massa baru, tetapi pada soliditas kader yang berakar kuat dan loyal terhadap nilai perjuangan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved