Dewi Sri Kecil dari Tanjung, Mengubah Nasib Desa Rawan Pangan di Karawang

Kerupuk melarat rasa kencur Kawat Cinta kini menjadi camilan khas yang mudah ditemui di berbagai rumah makan sepanjang Jalan Syekh Quro, Karawang.

|
Penulis: Cikwan Suwandi | Editor: Giri
Tribun Jabar/Cikwan Suwandi
JUBAEDAH (50) penggerak Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga, Karawang, yang memproduksi kerupuk melarat rasa kencur Kawat Cinta. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Karawang, Cikwan Suwandi

TRIBUNJABAR.ID, KARAWANG - Dodo Rihanto (59) merupakan warga Purwakarta yang bekerja di kawasan Jalan Syekh Quro, Plawad, Karawang. Tak jauh dari tempat kerjanya, berdiri warung makan yang kerap ia kunjungi. 

Di tempat itulah, Dodo sering menikmati kerupuk melarat Kawat Cinta rasa kencur, produk olahan Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga.

Dodo mengaku hampir setiap hari membeli kerupuk melarat tersebut. Kadang, ia sengaja membelinya untuk dibawa pulang ke Purwakarta. Soal rasa, ia akui kerupuk melarat rasa kencur tersebut begitu enak, apalagi jika dimakan dengan topping sambel oncom.

Namun, Dodo tidak mengetahui siapa pembuat kerupuk itu. Ia juga tidak menyadari bahwa uang yang ia keluarkan untuk membeli kerupuk tersebut turut menghidupi sejumlah perempuan lanjut usia di Kampung Kedawung, Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, Karawang.

Kerupuk melarat rasa kencur Kawat Cinta kini menjadi camilan khas yang mudah ditemui di berbagai rumah makan sepanjang Jalan Syekh Quro. Produksinya mencapai hampir 200 bungkus per hari.

Baca juga: Busa Hitam yang Mendarat di Subang Diduga Berasal dari Pabrik Pengolahan Limbah di Karawang

Namun, kerupuk ini tidak tercipta secara instan. Jubaedah (50) atau lebih dikenal Edah, sosok di balik itu, membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang untuk menghasilkan cita rasa khas yang digemari banyak orang.

Edah menceritakan bahwa pada tahun 2013, ia terkena PHK saat bekerja di Tangerang. Setelah itu, ia memilih kembali ke rumahnya di Kampung Kedawung, Desa Tanjung.

Namun, ketika itu kampungnya baru saja menggelar pemilihan kepala desa (pilkades), dan calon yang didukung warganya kalah.

Kondisi tersebut membuat banyak warga menolak menjadi perangkat desa, termasuk menjadi ketua RT. Melihat situasi itu, Edah berpikir bahwa kondisi tersebut berbahaya, karena kampungnya bisa tertinggal informasi dari pemerintahan desa. Dari pemikiran itu, ia kemudian datang ke kantor desa dan mengajukan diri sebagai Ketua RT.

Benar saja, beberapa tahun kemudian desa tersebut dinyatakan sebagai daerah rawan pangan di Kabupaten Karawang, berdasarkan penilaian dari pemerintah.

Di sana, Edah berkenalan dengan Kepala Dinas Pangan (yang saat ini bernama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan), Kadarisman. Setelah perkenalan itu, Edah mendapatkan pembinaan untuk membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT). Selanjutnya, Edah pun mengikuti berbagai pelatihan yang diberikan oleh dinas.

Dari pelatihan itu, Edah menilai bahwa KWT dapat membantu meningkatkan kesejahteraan warga Kampung Kedawung, terutama perempuan lanjut usia (lansia). Setelah itu, ia mengajak 13 perempuan lansia untuk bergabung dalam kegiatan KWT.

Sebagai langkah awal, Edah memilih kerupuk melarat rasa kencur sebagai produk unggulan kelompoknya. Menurutnya, cara membuat kerupuk tersebut cukup mudah, karena hanya memerlukan bawang putih, garam, tepung tapioka, kencur, dan pewarna makanan.

Baca juga: Viral, Ibu Menyusui Jadi Tahanan di Pengadilan Negeri Karawang, Kuasa Hukum Sebut Tak Manusiawi

"Awalnya kami hanya menggunakan alat sederhana dan mampu membuat produksi dua kilogram per hari, atau hanya 20 bungkus kerupuk," kata Edah di KWT Kenanga, Dusun Kedawung, Desa Tanjung, Rabu (29/10/2025).

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved