Setiap Kemarau Macan Tutul Jawa Sering Turun ke Lereng Sanggabuana untuk Memangsa Ternak Warga

“Jejak di lapangan sudah hilang, hanya menyisakan sisa-sisa darah yang mengering. Kami baru bisa simpulkan nanti setelah ada hasil dari kamera trap"

Penulis: Cikwan Suwandi | Editor: Adityas Annas Azhari
ISTIMEWA
Seekor anak macan tutul berhasil diselamatkan Balai Besar Konservasi Satwa Daerah (BBKSDA) Jabar setelah dari habitatnya di kaki Gunung Sawal, Ciamis, 2015 silam. Macan tutul seperti ini yang diperkirakan berkeliaran di lereng Pegunungan Sanggabuana. karawang. 

Kostrad yang berada di Sanggabuana dan Jatiluhur akan memastikan Pegunungan Sanggabuana tetap asri.

Baca juga: Kenalkan Wisata Alam dan Kopi Khas Karawang, Saung dan Warung Koffie Hideung di Sanggabuana Dibangun

Pasukan Denharrahlat Kostrad bersama Ranger SCF kemudian melakukan ground check di lapangan dan memasang kamera trap untuk memastikan karnivora yang memangsa ternak warga ini.

Solihin Fuadi, Direktur Eksekutif SCF mengatakan, tren di Sanggabuana memang setiap puncak musim kemarau macan tutul jawa sering turun memangsa ternak warga yang berada di area penyangga.

Ini sudah kejadian yang kesekian kalinya di Desa Wargasetra. Kebiasaan masyarakat memang membuat kandang di kebun atau ladang di pinggiran hutan.

Baca juga: BBKSDA Jabar Sebut Harimau Benggala Bukan Satwa Liar Dilindungi di Indonesia

"Ke depan kami akan meminta bantuan dari Pemkab atau BBKSDA Jabar untuk membuatkan kandang halau buat para peternak supaya ternaknya aman dari serangan karnivora besar," ujar Solihin.

Setelah melakukan ground check bersama pasukan Denharrahlat Kostrad, Solihin mengaku tidak berani menyimpulkan satwa jenis apa yang memangsa ternak warga. Sebab warga baru melapor tanggal 20 September 2033 padahal kejadiannya tanggal 8 September 2023.

“Jejak di lapangan sudah hilang, hanya menyisakan sisa-sisa darah yang sudah mengering.  Kami baru bisa simpulkan nanti setelah ada hasil dari kamera trap," ujar Solihin.

Baca juga: Macan Tutul Masuk Perkampungan Warga di Karawang, Dua Domba Dimangsa

Bernard T Wahyu Wiryanta, fotografer dan peneliti satwa liar Sanggabuana yang ikut melakukan ground check bersama Denharrahlat Kostrad menduga satwa liar yang menyerang ternak ini adalah karnivora besar jenis macan tutul Jawa atau Panthera pardus melas.

Hal ini dilihat dari luka-luka yang ditinggalkan di ternak yang mati. Seperti luka di leher dan pada bagian paha belakang yang hilang. Itu adalah pola dan karakter serangan karnivora besar seperti macan tutul jawa.

"Mereka akan menerkam leher untuk mematikan mangsanya. Kemudian pola makannya dimulai dari bagian dalam isi perut dan/atau kaki atau paha bagian belakang dulu. Bisa kemudian ditinggal dan diteruskan sampai habis di lain waktu, atau diangkut ke atas pohon," ujar Bernard yang menjabat Dewan Pembina di SCF.

Baca juga: Anak Harimau yang Dirawat Alshad Ahmad Mati, BBKSDA Jabar Siap Turunkan Tim

Bernard T Wahyu Wiryanta mengatakan, tren 3 tahun terakhir, kejadian konflik satwa liar di Sanggabuana terjadi pada puncak musim kemarau. 3 tahun terakhir kejadian ternak dimangsa macan tutul ini karena induk macan tutul sedang mengasuh anak-anaknya dan mengajari anaknya berburu dan memangsa satwa buruan.

Seperti pada kejadian sebelumnya, Tim SCF menemukan jejak dari beberapa ekor individu dengan ukuran berbeda. Di Sinapeul, ada satu jejak dengan ukuran besar, dan dua hingga tiga jejak lain berukuran kecil.

"Ini adalah jejak induk macan tutul jawa dengan anak-anaknya. Biasanya untuk mengajari berburu, ketika susah mendapatkan mangsa satwa liar, induk ini akan menggunakan ternak warga sebagai prey atau mangsanya," ujar Bernard. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved