PPDB 2023

Viral, Orangtua Siswa Nekat Ngukur Jarak ke Sekolah Pakai Meteran, PPDB Zonasi Anak Tak Diterima

Unggahan video memperlihatkan orangtua siswa mengukur jarak ke sekolah demi memastikan PPDB zonasi, viral di media sosial, heran temukan kejanggalan

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
Kolase Instagram @undercover.id
Viral, Orangtua Siswa Nekat Ngukur Jarak ke Sekolah Pakai Meteran, Kecewa PPDB Zonasi, Temukan Kejanggalan 

TRIBUNJABAR.ID - Unggahan video memperlihatkan orangtua siswa nekat mengukur jarak ke sekolah demi memastikan zonasi, viral di media sosial.

Aksi tersebut dilakukan orangtua siswa bernama Ayip Amir.

Ayip Amir melakukan aksi tersebut lantaran kecewa karena PPDB zonasi, putranya tak diterima di sekolah tujuan.

Diketahui, putranya itu mendaftar ke SMAN 5 Kota Tangerang.

Ayip heran karena tak menemukan siswa yang diterima dengan jarak kurang 100 meter.

Baca juga: PPDB 2023, Sistem Zonasi Harus Dievaluasi, Ratusan Kecamatan di Jabar Tak Punya SMA Negeri

Kini, video orangtua siswa mengukur jarak ke sekolah itu, viral seperti yang dibagikan akun Instagram @undercover.id.

Dalam keterangan disebutkan Ayip mengukur jarak terdekat dari pemukiman warga ke SMAN 5 Kota Tangerang secara manual menggunakan meteran.

Ayip sendiri didampingi putranya untuk mencari peserta yang dipastikan diterima di SMAN 5 Kota Tangerang yang hanya berjarak kurang dari 100 meter.

Namun, ia heran karena tak menemukan siswa yang bermukim sekolah di SMAN 5 Kota Tangerang tersebut.

“Kami sengaja membawa meteran, biar puas sekalian kita cari itu nama siswa yang tertera dari 59 meter hingga 100 meter dan hasilnya nihil tidak ada satupun nama siswa didekat dekat sekolah itu,” ujar Ayip Amir, dikutip Kamis (13/7/2023).

Dalam video yang beredar, Ayip terlihat membawa meteran mengukur jarak dari sekolah ke salah satu rumah siswa.

Ayip mengatakan heran karena tak ada siswa yang terdekat tertera yang mendaftar ke SMAN 5 Kota Tangerang tersebut.

Ia juga mengaku telah menelusuri beberapa siswa yang diterima dengan jarak terdekat.

Namun, ia tak menemukan hasil karena jaraknya yang justru lebih jauh.

“Gak ketemu siswanya di depan tadi, gak ada yang daftar di SMA, makannya bingung ini, kacau,” ujarnya.

“Posisi siswa yang didepan kita cek nama Sab*** tidak ada, adanya kata ketua RW kemungkinan ada di belakang, tapi kan itu lebih jauh lagi jaraknya dari SMA,”

“Makannya itu posisinya SMA 5 ngukur jaraknya gimana zonasinya,” ujar Ayip Amir heran.

Kini, video aksi orangtua siswa mengukur jarak ke sekolah itu menyita perhatian warganet.

Tak sedikit warganet yang memberikan komentar beragam soal PPDB jalur zonasi yang dinilai kontroversi.

Sejumlah warganet pun curiga banyaknya kecuringan dalam sistem zonasi tersebut.


Ada juga warganet yang menyarankan agar pemerintah kembali memberlakukan sistem nilai.

Baca juga: Sistem Zonasi Banyak Kecurangan, DPR Tunjuk Nadiem Makarim Jadi Ketua Satgas PPDB 2023

Berikut beragam komentar warganet.

“Orangtua yg melakukan kecurangan dan sekolah ikut juga menerima kecurangan, kasian anaknya pak, dia sekolah udah gak halal, ilmunya gak berkah... Sekolah dimanapun sama bagusnya, cuma gara2 gak di sma favorit jd berlaku curang”

“Masih mending lewat Nem atau nilai murni UN.. Terbukti kualitasnya di sekolah.. banyak sekolah favorit yg dari dulu terkenal ketat persaingannya, setelah adanya zonasi jadi menurun kualitas anak didiknya.. ini dirasakan semua guru.. namun apapun itu semoga ada jalan keluar yang bisa menjadi solusi saat ini.. semoga pendidikan Indonesia secepatnya menjadi lebih baik lago,”

“Luar biasa perjuangan org tua utk menyekolahkan anaknya.. Semangat Bapak2..”

“Lah emang ga ada sosialisasi penghitungan jarak itu ditarik secara garis lurus? Gunanya google maps apa dong”

“PPDB Zonasi jadi ajang jual beli bro, banyak kasusnya di daerah gue dari tahun lalu,” tulis beragam komentar warganet.

Kisah Lainnya - Puluhan Orang Tua Ontrog SMAN 1 Kalijati Subang, Protes Anaknya Tak Diterima PPDB

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) khususnya melalui jalur zonasi di semua daerah menuai sorotan.

Seperti halnya terjadi di SMAN 1 Kalijati, Subang. Puluhan orangtua dari Desa Banggala Mulya, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, melakukan aksi protes dengan mendatangi SMAN 1 Kalijati akibat anaknya tidak diterima di sekolah tersebut. 

Warga desa terpencil tersebut kecewa anaknya tak di terima di SMAN 1 Kalijati, pasalnya SMA tersebut merupakan satu-satunya sekolah yang terdekat di desa tersebut.

Puluhan Orang tua Siswa menggeruduk SMAN 1 Kalijati, minta anaknya bisa sekolah di SMAN 1 Kalijati, Subang yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka, Selasa (11/7/2023)
Puluhan Orang tua Siswa menggeruduk SMAN 1 Kalijati, minta anaknya bisa sekolah di SMAN 1 Kalijati, Subang yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka, Selasa (11/7/2023) (Tribun Jabar/Ahya Nurdin)

Yang lebih parahnya lagi sebanyak 39 siswa SMP di Desa Banggala Mulya yang akan melanjutkan ke SMAN 1 Kalijati tak ada satupun yang diterima.

Para orangtua mencurigai pihak sekolah lebih mementingkan siswa luar ketimbang siswa di lingkungan desa yang ada di kecamatan Kalijati seperti Desa Banggala Mulya. 

Selain itu disinyalir juga ada siswa luar yang sengaja mendadak pindah domisili agar bisa sekolah ke SMAN 1 Kalijati, Subang.

Baca juga: PPDB Tahap Dua Kota Bandung Selesai, Disdik Imbau Siswa Tak Keterima Bisa Cari Sekolah Sepi Peminat

Neni salah satu orang tua siswa yang anaknya tak diterima di SMAN 1 Kalijati mengaku kecewa dengan pihak sekolah.

" Jelas kami selaku orang tua kecewa karena kami warga pribumi asli Kecamatan Kalijati tak tak diterima di SMAN 1 Kalijati dengan alasan desa Kami di luar zonasi tak bisa sekolah ke SMAN 1 Kalijati," tegasnya

Kalau tak bisa sekolah ke SMAN 1 Kalijati, tambah Neni, anak-anak kami mau sekolah kemana? Ke sekolah Negeri di luar kecamatan Kalijati tak mungkin diterima.

Baca juga: Ombudsman Temukan Sejumlah Modus Agar Siswa Diterima di Sekolah Pilihan Lewat PPDB Jalur Zonasi

"Di Kecamatan sendiri kami tak masuk Zonasi, apalagi di luar Kecamatan," imbuhnya

Dedi Ahmadi, Wakasek Bidang Humas dan Satpras, mengakui bahwa Desa Banggala Mulya tidak masuk zonasi warganya untuk sekolah di SMAN 1 Kalijati, Kabupaten Subang.

"Kami juga pihak sekolah tak mengerti dengan aturan provinsi, kenapa Desa Banggala Mulya tak masuk Zonasi untuk sekolah di SMAN 1 Kalijati, padahal desa tersebut masih masuk kecamatan Kalijati," ucapnya

Tentunya Kata Dedi, kami prihatin dengan anak-anak di Desa Banggala Mulya karena tak terakomodasi untuk masuk ke SMAN 1 Kalijati.

Puluhan Orang tua Siswa menggeruduk SMAN 1 Kalijati, minta anaknya bisa sekolah di SMAN 1 Kalijati, Subang yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka, Selasa (11/7/2023)
Puluhan Orang tua Siswa menggeruduk SMAN 1 Kalijati, minta anaknya bisa sekolah di SMAN 1 Kalijati, Subang yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka, Selasa (11/7/2023) (Tribun Jabar/Ahya Nurdin)

"Kasihan juga mereka anak-anak calon pemimpin bangsa, karena sistem zonasi tak bisa masuk ke SMAN 1 Kalijati apalagi ke sekolah SMA negeri lain di luar Kecamatan Kalijati," ucapnya

Dedi berharap pihak Dinas Pendidikan Provinsi Jabar bisa segera mengambil solusi agar anak-anak berjumlah 39 siswa tersebut bisa sekolah ke SMAN 1 Kalijati.

"Solusinya cuma 1 Disdik Provinsi Jabar harus menambah ruang kelas baru di SMAN 1 Kalijati, yang saat ini baru 8 kelas," ujarnya. (*)

Sebagian artikel ini diolah dari laporan Tribun Jabar/Ahya Nurdin

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved