Warga Garut Dikira Penculik Anak

Penjual Jaket Ini Ungkap Siapa yang Teriaki Dia Penculik saat di Jambi, Ditodong Pisau Dipaksa Ngaku

Dadang bercerita asal muasal dirinya dan keempat temannya jadi korban amuk massa saat sedang berjualan jaket kulit di Desa Karangjaya.

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari
Dadang Wahyudin saat menjalani visum di RSUD Dr Slamet Garut, Jumat (10/2/2023). Ia dan empat orang temannya dituduh sebagai penculik hingga mengalami penganiayaan dan penjarahan saat berjualan jaket kulit di Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan, Senin (6/2/2023). 

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Lima warga Garut jadi korban amuk massa lantaran dituduh sebagai penculik saat berjualan jaket kulit di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan pada Senin (6/2/2023).

Kelima korban adalah Yusep Maulana  (51), Dadang Wahyudin (49), Taufik Lubis (47), Asep Erwin (48) dan Lucky Wanda Rivana (30).

Mereka kini sudah berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Salah satu korban bernama Dadang Wahyudin bahkan sudah menjalani visum di RSUD Dr Slamet Garut Jumat (10/2/2023) malam.

Dadang bercerita asal muasal dirinya dan keempat temannya jadi korban amuk massa saat sedang berjualan jaket kulit di Desa Karangjaya, Kabupaten Muratara, Sumsel.

Ia menuturkan saat itu ia menggunakan kendaraan roda empat memasuki desa tersebut lalu berpapasan dengan seorang emak-emak.

"Awalnya saya nawarin nawarin-nawarin jaket, emang itu ada ibu-ibu nyeletuk, culik-culik gitu, lalu mobil berjalan ke depan dijegal di sana di desa terakhir Desa Karangjaya,  dibawa ke kantor kades," ujar Dadang kepada Tribunjabar.id.

Dadang Wahyudin (49) satu dari lima pria Garut korban hoaks penculikan di Kabupaten Musi Rawas Utara, ia sudah tiba di Garut lalu menjalani visum di RSUD Dr Slamet Garut, Jumat (10/2/2023).
Dadang Wahyudin (49) satu dari lima pria Garut korban hoaks penculikan di Kabupaten Musi Rawas Utara, ia sudah tiba di Garut lalu menjalani visum di RSUD Dr Slamet Garut, Jumat (10/2/2023). (Tribun Jabar/ Sidqi Al Ghifari)

Di kantor desa tersebut, ia dan teman-temannya dikepung oleh ratusan orang yang geram, ia juga sempat diinterogasi terkait keberadaanya di Muratara.

Dadang juga sempat ditodong pisau oleh salah satu warga, ia dipaksa mengaku bahwa ia dan teman-temannya adalah komplotan penculik.

"Pisau di leher, (kata dia) mau mati (atau) mau hidup. Kalau mau hidup, katanya," ucap Dadang.

Baca juga: Warga Garut Korban Hoaks Penculikan Terpaksa Damai agar Polres Muratara Tak Dibakar, Dadang:Gak Rela

"Ya kan saya udah ngaku, jualan jaket, jaketnya dibawa ada bukti. Mereka mendesak terus maunya ya ngaku culik, tapi kan saya enggak gitu, saya juga punya anak istri," lanjutnya.

Ia menuturkan di luar kantor desa ratusan orang sudah berkumpul, mobil yang dikendarainya pun jadi sasaran amuk massa hingga hancur.

Jaket kulit untuk dijual pun dijarah, menurutnya ada lebih dari 360 piece jaket kulit yang dijarah massa saat itu.

Barang-barang pribadi seperti uang tunai dan ponsel pun menurutnya ikut dijarah. Saat pulang ke Garut ia bahkan tidak membawa uang sepeserpun hasil usahanya selama di perantauan.

"Uang saya ikut hilang, kalau hp ada yang mengembalikan, di mobil juga ada pakaian anak dan sandal anak buat dijual, itu juga habis dijarah," ungkapnya.

Kondisi saat itu menurutnya sangat mencekam, tidak terhitung orang yang keluar masuk kantor desa hanya untuk memukulinya berulang kali.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved