Kisah Mitra Dago: Menolak Pasrah Pada Sampah
Gerakan ramah melawan sampah yang digiatkan warga Mitra Dago beberapa tahun terakhir, bersambut gayung dengan pihak-pihak yang mendukung.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Setelah pensiun dari perusahaan plat merah, Fentiani memiliki waktu lebih luang untuk berjejaring dalam pengolahan sampah.
Kebiasaan baiknya dalam mengolah sampah, Fentiani tularkan ke tetangga di lingkungan rumahnya dengan membuat grup Whatsapp bernama ‘Zero Waste Lovers’ beranggotakan 28 orang.
“Melalui grup itu, kami saling bertukar pengalaman, misalnya mengapa kompos terlalu basah, terlalu kering, ada ulat, dan sebagainya,”katanya.
“Di luar grup, setiap ada kumpulan saya sisipkan obrolan soal sampah, di arisan atau pengajian,” tambahnya.
Gerakannya alon tapi kelakon. Gerakan yang membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Butuh jiwa lebih besar dalam menerima setiap penolakan, tapi tetap dijalani karena berasas kolaborasi.
Pada 2020, tekad Fentiani semakin mantap mengajak seluruh warga RW 11 Mitra Dago mengelola sampah secara mandiri. Prinsipnya satu, jangan ada sampah yang ke luar dari perumahan, kecuali residu.
Setiap ada pergantian pengurus RW, Fentiani getol mengajukan konsep pengolahan sampah yang digagasnya.
“Sudah tiga kali saya ajukan konsep pengolahan sampah ke pengurus RW, tapi ditolak,” katanya.
Lingkungan yang terlihat bersih, membuat warga merasa tak ada masalah. Sampah dianggap lenyap, begitu truk datang mengangkut.
Puncaknya, 2023 ketika kepengurusan RW berganti, konsep people, process, technology yang sudah disusunnya diterima, dan mulai diterapkan.
Penerapan konsep pertama, people; dilakukan dengan edukasi kepada pengurus RW, RT dan petugas kebersihan.
“Process Plan–do–check–action. Edukasi maraton dari Senin sampai akhir pekan, komunikasi intens di setiap pertemuan warga,” katanya.
Technology, berarti sistem pemilihannya yakni organik, non-organik dan residu. Sampah organik, diolah menjadi kompos, non-organik disetorkan ke bank sampah dan residu dibuang ke TPS.
Lebih dari sebatas sosialisasi, Fentiani bersama anggota grup ‘Zero Waste Lovers’, terjun dengan membawa tempat pemilahan, seperti ember untuk sampah organik, anorganik dan residu.
“Jadi, tidak cuma sosialisasi bagaimana pemilihannya, tapi kami sediakan tempatnya juga,” ucapnya.
| Pengelolaan Sampah Terintegrasi di Waduk Saguling Berdayakan Ekonomi Ribuan Warga |
|
|---|
| Realisasi Investasi di Kota Bandung Melampaui Target, Tahun Ini Tembus Rp 10 Triliun |
|
|---|
| Banyak Genangan Saat Musim Hujan di Bandung, Dinkes Waspadai Peningkatan Kasus DBD |
|
|---|
| Penertiban Parkir Liar di Bandung Ditingkatkan pada Akhir Pekan, Biaya Derek Rp245 Ribu-Rp1,05 Juta |
|
|---|
| Jumlah SDM Tidak Ideal, Damkar Kota Bandung hanya Punya 278 Personel dan 54 Armada |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Warga-Mitra-Dago-Peduli-Nyaah-ka-B.jpg)