Mengenal Ragil, Guru Fisika yang Jadi Edukreator: Dekat dengan Gen Alpha, Bikin IPA Jadi Seru

Ragil memanfaatkan platform digital untuk membuat sains terasa dekat, ringan, dan menyenangkan. 

tribunjabar.id / Putri Puspita Nilawati
Ragil Educreator saat ditemui di Unpar STEM Day, Selasa (4/11/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Ragil Educreator menjadi salah satu guru sains yang dikenal di media sosial lewat nama kang.guru.ipa.

Ragil memanfaatkan platform digital untuk membuat sains terasa dekat, ringan, dan menyenangkan. 

Lewat gaya tutur yang sederhana, Ragil berhasil mengubah cara banyak orang melihat pelajaran IPA, dari yang sulit dan membingungkan menjadi asik dan bisa dipahami siapa saja.

Ragil menceritakan awal mula menjadi konten kreator saat pandemi dan ia mengajar secara online.

“Saya punya waktu lebih buat ngembangin hobi desain, dari situ merembet ke videografi dan akhirnya jadi bikin konten edukasi. Karena saya guru, ya akhirnya saya ambil branding sebagai educreator,” kata Ragil saat ditemui di sela acara Unpar STEM Day, Selasa (4/11/2025).

Sebagai lulusan pendidikan keguruan, Ragil memahami pentingnya pendekatan pedagogis dalam mengajar. Prinsip itu pula yang ia terapkan dalam setiap kontennya.

“Belajar itu harus dari hal yang sederhana dulu, yang bisa bikin penasaran dan excited. Prosesnya bertahap, mulai dari menghapal, menanyakan, memahami, lalu bisa menerapkan. Jadi bukan langsung yang rumit-rumit. Kalau dari yang sederhana aja udah menarik, nanti mereka akan tertarik terus sampai paham hal yang lebih kompleks,” tutur Ragil.

Ragil mengatakan telah mengajar sejak tahun 2014. Awalnya ia mengajar fisika di SMA di Bandung, lalu pindah ke Jakarta pada 2016 dan kini mengajar di jenjang SMP. 

Walau begitu, semangatnya terhadap sains tidak pernah berubah. 

“Sekarang memang fokus di IPA, karena saat kuliah profesi guru juga saya ambil jurusan IPA. Jadi harus bisa menguasai semuanya, dari biologi sampai fisika,” katanya.

Sebagai guru dan content creator, Ragil menyadari bahwa banyak orang menganggap STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) sebagai bidang yang rumit. 

Ia pun berusaha mengubah persepsi itu melalui cara mengajar dan konten yang lebih membangkitkan rasa ingin tahu.

“Jangan langsung mikir yang sulit-sulit dulu. Kita harus senang dulu, harus penasaran dulu. Kadang siswa belajar karena tuntutan, bukan karena rasa ingin tahu. Padahal justru itu kuncinya. Kalau rasa ingin tahunya tumbuh, mereka akan belajar tanpa beban dan hasilnya jauh lebih nempel di kepala,” ucapnya.

Ragil percaya, rasa ingin tahu adalah pondasi utama dari pembelajaran yang efektif. 

“Kita enggak perlu belajar berkali-kali kalau dari awal udah punya curiosity yang tinggi. Sekali belajar pun bisa langsung paham, karena otaknya udah siap menerima,” katanya.

Bagi Ragil, mengajar generasi Alpha, generasi yang tumbuh di tengah dunia digital dan media sosial membawa tantangan tersendiri. Salah satunya, menurutnya, terletak pada bahasa dan cara berkomunikasi.

“Tantangannya di perbendaharaan bahasa. Anak-anak sekarang banyak pakai istilah yang saya sendiri kadang nggak ngerti,” ucapnya.

Ia menilai, untuk bisa mengajar dengan efektif, guru perlu memahami dulu cara berpikir dan berkomunikasi para siswa. 

“Komunikasi itu kan manifestasi dari cara berpikir. Jadi kita harus mulai dari situ, pahami dulu cara mereka bicara dan berpikir, baru masuk ke materi. Dengan begitu, pesan yang kita sampaikan bisa nyambung dan lebih mudah diterima,” tuturnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved