Farah Puteri Nahlia Puji KDM: Pertikaian Guru dengan Orang Tua Siswa di Subang Berakhir Damai
Sebelumnya, orang tua ZR bersitegang dengan Rana Saputra. Orang tua ZR tak terima lantaran anaknya telah ditampar Rana setelah upacara bendera
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendapat pujian dari Anggota DPR RI Komisi I Farah Puteri Nahlia lantaran telah memediasi Rana Saputra, guru SMP Negeri 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, dengan orang tua seorang siswa berinisial ZR (16) hingga berujung damai.
Sebelumnya, orang tua ZR bersitegang dengan Rana Saputra. Orang tua ZR tak terima lantaran anaknya telah ditampar Rana setelah upacara bendera pada Senin (3/11/2025).
Video kasus dugaan kekerasan tersebut viral di media sosial.
"Saya mengapresiasi langkah bijak Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang telah memfasilitasi guru dengan orang tua siswa bermusyawarah. Dalam dunia pendidikan, dialog konstruktif dan penyelesaian kekeluargaan harus selalu menjadi yang utama," kata Farah, dihubungi Tribun Jabar dari Sumedang, Jumat (7/11/2025) malam.
Ia menyebutkan, bahwa kejadian tersebut harus menjadi momen refleksi untuk membedakan antara niat mendisiplinkan dengan metode yang digunakan.
Menurutnya, niat mulia para guru untuk mendidik harus tetap didukung.
"Saya yakin tidak ada guru yang berniat buruk. Niatnya pasti baik, ingin agar siswanya disiplin dan menjadi lebih baik. Niat mulia untuk mendidik ini harus kita dukung penuh. Namun, yang perlu kita perbaiki adalah metode pendisiplinan,” katanya.
Farah berharap refleksi ini dilakukan oleh semua pihak, termasuk orang tua dan siswa, dengan semangat yang sama.
"Pendidikan adalah tanggung jawab dua arah. Kasus ini menjadi momentum introspeksi, tidak hanya bagi sekolah dalam memperbaiki metode, tapi juga bagi orang tua untuk memperkuat bimbingan di rumah, dan bagi siswa untuk lebih memahami pentingnya menaati tata tertib. Penting untuk melihat masalah ini secara utuh, bukan hanya saling menyalahkan atau merasa paling dirugikan," ujarnya.
Farah menegaskan bahwa kunci dari disiplin adalah memberikan efek jera yang mendidik, bukan yang menyakiti atau mempermalukan.
Menurutnya, ia sepakat dengan arahan Gubernur Dedi Mulyadi mengenai penerapan sanksi yang justru membangun karakter.
“Solusi yang ditawarkan, seperti membersihkan toilet, merapikan perpustakaan, atau kerja bakti di lingkungan sekolah, adalah bentuk disiplin positif (positive discipline),"
"Hukuman ini mengajarkan tanggung jawab, konsekuensi, dan kepedulian sosial, yang jauh lebih bermanfaat bagi pembentukan karakter siswa daripada hukuman fisik,” jelasnya, " tuturnya.
Pascakejadian tersebut, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu berharap ketegangan guru dengan orang tua siswa. Ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
Salain itu, ia juga mendorong agar mekanisme internal sekolah lebih diperkuat.
“Masalah ini sudah diselesaikan secara damai. Ke depan, perkuat peran Komite Sekolah sebagai jembatan komunikasi aktif antara orang tua dan guru, agar masalah serupa dapat diselesaikan dengan baik di tingkat sekolah. Mari kita ambil hikmahnya untuk membangun ekosistem pendidikan yang lebih baik di Subang,” kata Farah.
| Solidaritas Guru PGRI Datangi Sekolah di Subang Bawa Bendera, Dukung Guru Rana |
|
|---|
| Kasus Guru Tampar Siswa: Dedi Mulyadi Akan Kirim Anak Nakal ke Barak Militer, yang Merokok Direhab |
|
|---|
| Kasus Viral Guru vs Ortu Siswa Subang Diputuskan Damai, Disdik: Hanya Ledakan Emosi Spontan |
|
|---|
| Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XIII DPR RI Ke Kanwil Kemenkum Jabar |
|
|---|
| Alasan Uya Kuya Kembali Diaktifkan Jadi Anggota DPR RI Setelah Dinyatakan Tak Bersalah oleh MKD |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Anggota-DPR-RI-Komisi-I-Fraksi-PAN-Farah-Puteri-Nahlia.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.