Orasi Ilmiah Guru Besar Unpad

Sapi Perah Pertama Ada di Lembang, Produksi Susu Nasional Tak Cukupi Kebutuhan, Haruskah Impor?

Achmad Firman, dalam orasi ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar, sebut produksi susu nasional belum cukupu kebutuhan masyarakat.

Editor: Kisdiantoro
istimewa
Peternak sapi perah masih memerlukan dukungan serius untuk bangkit 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Tahukah Anda, usaha sapi perah pertama di Indonesia, ternyata ada di Lembang dan Pangalengan? Dua tempat itu, kini masuk dalam dua wilayah pemerintahan daerah yang berbeda, Lembang berada di Kabupaten Bandung Barat, dan Pangalengan masuk wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Dalam catatan sejarah, usaha sapi perah itu mulai dikenalkan pada masyarakat pertanian Indonesia pada 1880, ketika negeri ini dalam kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.

Saat itu pemerintah mengimpor sapi perah Fresian Holstein (FH) dari Belanda. Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan susu yang terus meningkat, usaha sapi perah ini menjadi industri. Pemerintah Indonesia pun melakukan impor secara besar-besaran untuk menambah populasi. Bappenas pad 1999 mencatat ada sekitar sapi perah yang masuk sebanyak 193.000 ekor, lalu disebar ke Masyarakat peternak sapi perah.

Achmad Firman, dalam orasi ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosial Ekonomi Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, pada 29 Mei 2024, berjudul Dunia Peternakan: Dulu, Kini dan Tantangan di Masa Depan, menjelaskan masalah gap antara produksi susu dan daging sapi, dengan kebutuhan Masyarakat.

Baca juga: Sabun Susu di Lembang Bandung Barat, Sabun dari Susu Sapi yang Banyak Diburu Wisatawan

Sebab, hingga kini produksi sumber protein hewani dan susu yang bersumber dari sapi tidak sepadan dengan kebutuhan masyarakat.

“Produksi daging sapi dan susu belum mampu mengimbangi kebutuhan akan konsumsinya. Dengan demikian, untuk mengatasi adanya gap konsumsi tersebut harus dilakukan impor daging sapi/kerbau dan susu,” ujarnya.

Hal ini berbeda dengan kebutuhan daging ayam dan telur yang hasil produksinya melebihi kebutuhan masyarakat, sehingga tersedia stok.

Menurutnya, komoditas sapi yang menghasilkan daging dan susu sangat rawan terhadap kecukupan pangan. Maka komoditas ini harus menjadi konsentrasi pembangunan peternakan ke depan karena kedua ruminansia besar ini mempunyai siklus produksinya memakan waktu, terutama calving intervalnya (periode kelahiran anak ke kelahiran berikutnya) kurang lebih 9-12 bulan dan itu pun hasilnya hanya 1 anak perkelahiran.

Untuk mengurangi gap produksi daging sapi dengan kebutuhan masyarakat, dan ketergantungan pada luar negeri, di antaranya bisa dengan pemanfaatan sumber daya lokal.

Indonesia memiliki rumpun sapi lokal yang potensial untuk dikembangbiakkan, seperti sapi Bali. Pengembangbiakkan sapi Bali sudah merambah ke Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Hanya saja, perlu proses yang cukup panjang dalam pengembangan ruminansia besar ini, dan juga memerlukan lahan dan sumber daya pakan yang mendukung perkembangannya.

Berikut adalah cuplikan orasi ilmiah Achmad Firman, dalam orasi ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosial Ekonomi Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, pada 29 Mei 2024, berjudul Dunia Peternakan: Dulu, Kini dan Tantangan di Masa Depan

Hadirin yang saya muliakan

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan populasi manusia, dan perkembangan aktivitas manusia yang semakin komplek, kebutuhan akan sumber daya pun semakin meningkat.

Demikian pula dengan kebutuhan sumber pangan, khususnya protein hewani, juga akan terjadi peningkatan permintaan yang disebabkan oleh beberapa faktor peningkatan pendapatan, jumlah penduduk, selera, ramalan di masa, serta faktor-faktor lainnya. Hal ini menjadi tantangan dunia peternakan, di mana tidak hanya peningkatan produksi ternak saja, tetapi bagaimana menyiapkan sumber pangan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal From Farm to Table.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved