Belajar Kaligrafi di Ponpes Al-Maqom Cimahi: Yakin Ikut Lomba Meski Baru Dua Pertemuan

Di Pondok Pesantren Al-Maqom, akhir pekan diisi para santri dengan belajar kaligrafi. Mereka menuangkan karyanya ada selembar kertas karton.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Januar Pribadi Hamel
TRIBUN JABAR/Hilman Kamaludin
BELAJAR KALIGRAFI - Santri Pondok Pesantren Al-Maqom saat belajar kaligrafi di pesantren mereka, setiap Sabtu. 

TRIBUNJABAR.ID - Di Pondok Pesantren Al-Maqom, akhir pekan diisi para santri dengan belajar kaligrafi. Mereka menuangkan karyanya ada selembar kertas karton. Sudah tak terhitung banyaknya.

Kreativitas yang dimiliki oleh para santri di pondok pesantren yang ada di Jalan Pesantren, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, ini tak lepas dari pengasuhnya yang juga memiliki keahlian di bidang kaligrafi.

"Di sini, kaligrafi masuk ekstrakulikuler. Jadi sudah ada santri yang ikut lomba hingga dapat nomor (juara)," ujar Pimpinan Pondok Pesantren Al-Maqom, Raden Ridwan Samsudin (52) saat ditemui kediamannya yang tak jauh dari pesantren, belum lama ini.

Ekstrakurikuler kaligrafi tersebut, kata Ridwan, diajarkan oleh adiknya, yakni Raden Muhammad Ashari (49), yang sudah jago dalam membuat seni kaligrafi. Adiknya, ujar Ridwan, bahkan pernah juara 1 pada lomba di tingkat Provinsi Jawa Barat.

Baca juga: Pesantren Yadul Ulya Garut: Para Penghafal Al-Quran Terjaga Saat Banyak Orang Masih Terlelap

Adik saya juga pernah juara 2 pada tingkat Nasional hingga bisa pergi ke Mekkah berkat kaligrafi. Nah, setelah itu baru diajarkan ke santri sejak tahun 2022," katanya.

Setelah mendapat pelajaran kaligrafi, banyak santri ternyata berminat mendalaminya.
"Terutama para santri yang sejak kecil memang memiliki bakat seni menggambar," ujarnya.

Ridwan mengatakan, total santri yang mondok di pesantren ini, kini ada 32 orang. Sebanyak 15 di antaranya laki-laki.

Meski demikian, jumlah keseluruhan siswa dari RA, SD, dan SMP sekitar 500 orang.

Baca juga: Ponpes Baroya Al-Musri Subang: Satu dari Sedikit Pesantren yang Para Santrinya Mendalami Ilmu Falak

"Santri yang mondok memang hanya siswa SMP, dan itu pun tidak semuanya. Santri yang mondok inilah yang paling banyak mendalami kaligrafi, belajarnya satu minggu sekali," ucap Ridwan.

Di samping belajar kaligrafi, santri yang mondok juga wajib belajar fiqih, tauhid, dan akhlak karena hal itu jauh lebih penting agar kelak mereka menjadi manusia yang berilmu, saleh, dan tentunya memiliki kreativitas.

"Menjadi juara lomba kaligrafi bagi santri bukan acuan, karena yang namanya santri minimal harus bisa nulis Arab yang ada kaidah. Minimal tulisan standar, tapi kalau bisa pakai seni seperti kaligrafi ya lebih bagus," katanya.

Raden Muhammad Ashari, pengurus Pondok Pesantren, mengatakan sejak SD ia memang sudah senang bahkan ikut lomba kaligrafi. Puncaknya tahun 2000 juara 1 tingkat provinsi hingga mendapat hadiah menunaikan ibadah haji.

Baca juga: Kisah Mantan Tukang Cilok di Karawang Dirikan Pesantren Tahfidz, Awalnya Diejek Dikira Bikin Kuburan

"Saya ikut lagi di tingkat nasional dan alhamdulillah juara 2 sampai dapat bonus umroh. Total sudah 100 kali lebih kami ikut lomba membuat kaligrafi," kata Ashari.

Setelah beberapa kali juara lomba, Ashari dipercaya untuk menggarap atau membuat kaligrafi di 300 masjid seperti di Batam, Medan, Kalimantan, Surabaya, dan beberapa masjid di Jawa Barat seperti Masjid Polres, Polda, Markas TNI, Masjid Al-Jabbar, dan masjid-masjid Kompleks.

Dalam menggarap kaligrafi di masjid, Ashari melukis di bagian tembok, lalu ada yang ditempel menggunakan bahan spon, stainles, akrilik, kuningan, dan ukir dengan waktu 1 hari, 20 hari, dan paling lama beberapa bulan.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved