Kisruh Tabungan Murid di Pangandaran, Cerita Lika-liku Usaha Orang Tua yang Berakhir Bahagia 

"Karena, yang namanya kejelekan kan harus diperbaiki. Harusnya, semua yang bersangkutan itu (guru peminjam) bertanggungjawab," kata Ia.

Dalam arti, kalau ada yang punya sangkutan ke koperasi atau ke sekolah itu harus bertanggung jawab segera dilunasi.

"Supaya uang tabungan itu cepat dikembalikan ke orang tua murid. Makanya, saya keukeuh (ingin cepat cair)," ucapnya.

Bahkan, lanjut dia, saat mau pembagian ijazah itu dia mengaku sempat ditawari pihak sekolah agar utang uang tabungannya mau dicicil.

Tapi, ia menolak. Kecuali, orang tua murid lain yang menerima cicilan pengembalian uang tabungan itu.

"Saya mentah-mentah menolak, enggak mau dicicil," kata Widiansyah.

Pasalnya, ia takut kejadian terulang seperti orang tua murid yang anaknya sekarang sudah kelas 2 SMP dan 3 SMP.

"Mereka dicicil, tapi enggak ada ujungnya (tidak dilunasi). Sedangkan saya menuntut dikembalikan semua. Kalau uangnya dari mana-mananya saya enggak tahu, yang penting lunas," katanya.

Pada akhirnya, pihak SD pun meminta waktu selama dua Minggu untuk melunasi utang uang tabungan miliknya.

"Saya juga kasih toleransi waktu dua Minggu. Kan, sabar saya juga ada batasnya. Kalau dua Minggu ini enggak ada, tentu jelas masuk ke ranah hukum dengan saya membuat laporan."

"Tapi alhamdulilah, apa yang kita inginkan bisa dikabulkan. Karena, pada hari Senin (17/7/2023) kemarin pihak sekolah sudah melunasi uang tabungan saya," ucap Widiansyah. (*)