Keracunan MBG di Cirebon

Fakta Baru Keracunan MBG Cirebon, Dinkes: Kendaraan Pengantar Belum Ber-AC, Makanan Bisa Cepat Rusak

inas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon mengingatkan agar makanan dalam program MBG dikonsumsi maksimal 4 jam setelah matang.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Ravianto
eki yulianto/tribun jabar
KERACUNAN MBG - Yuni, seorang wali murid kelas IV SDN 2 Setu Wetan di Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon saat menunggui anaknya yang diduga mengalami keracunan dari menu MBG, Selasa 4 November 2025. Fakta baru terungkap dari kasus keracunan MBG di Cirebon. 

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon mengingatkan agar makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) dikonsumsi maksimal empat jam setelah matang.

Imbauan ini disampaikan untuk menjaga keamanan pangan dan mencegah risiko keracunan yang kerap muncul akibat keterlambatan konsumsi.

Kepala Dinkes Kota Cirebon, dr. Siti Maria Listiawaty mengatakan, bahwa pihaknya selalu menelusuri waktu antara proses memasak hingga makanan dikonsumsi setiap kali ada laporan dugaan keracunan.

Dari hasil evaluasi, salah satu faktor risikonya adalah keterlambatan konsumsi.

“Beberapa kali kalau ada kejadian, kami selalu menanyakan makanan matang jam berapa."

"Karena sesuai juknis Badan Gizi Nasional (BGN), makanan harus dikonsumsi maksimal empat jam setelah matang,” ujar Maria saat diwawancarai media, Kamis (6/11/2025).

Baca juga: Diduga Basi Karena Dimasak Dini Hari, Ayam MBG di Cirebon Bikin 20 Murid SD Mual dan Muntah

Ia menjelaskan, ketentuan tersebut bukan tanpa alasan.

Empat jam merupakan batas aman berdasarkan standar keamanan pangan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui bimbingan teknis resmi.

"Empat jam itu adalah batas aman. Karena setelah makanan matang, ada proses pemorsian, distribusi, hingga sampai ke anak-anak penerima manfaat."

Kepala Dinkes Kota Cirebon, dr. Siti Maria Listiawaty 116
Kepala Dinkes Kota Cirebon, dr. Siti Maria Listiawaty

"Semua proses itu berpengaruh terhadap kualitas dan keamanan makanan,” ucapnya.

Namun, Maria mengakui, bahwa pelaksanaan di lapangan masih menemui sejumlah kendala.

Salah satunya adalah beban kerja dapur MBG yang tinggi akibat jumlah porsi besar, sehingga proses pengolahan menjadi lebih lama.

“Porsi yang terlalu besar bisa memengaruhi kecepatan dapur dalam mempersiapkan makanan."

"Kadang karena takut tidak selesai tepat waktu, standar keamanan pangan jadi terabaikan,” jelas dia.

Untuk mencegah hal itu, Dinkes Kota Cirebon mendorong adanya koordinasi antara Korwil BGN, Dinas Pendidikan (Disdik), kepala sekolah dan yayasan penyelenggara MBG agar waktu pengiriman dan konsumsi bisa lebih sinkron.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved