Pengelolaan Bank Sampah Masih Diadang Tantangan, Pegadaian dan Pemkot Bandung Bahas Solusi

Salah satu persoalan yang muncul adalah kesenjangan kapasitas antar pengurus.

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
tribunjabar.id / Nappisah
Konsolidasi Bank Sampah Pegadaian melibatkan Pemerintah Kota Bandung hingga 51 bank sampah binaan di Pendopo, Kota Bandung.  

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG — Upaya pengelolaan sampah melalui bank sampah di Kota Bandung masih menghadapi sejumlah persoalan mendasar, mulai dari ketimpangan pemahaman antar pengurus, lemahnya sistem tata kelola, hingga belum optimalnya dukungan teknis di tingkat komunitas. 

Hal itu menjadi sorotan utama dalam konsolidasi pengelolaan bank sampah yang digelar selama dua hari, 15–16 Juli 2025 di Gedung Pendopo, Kota Bandung

Kegiatan ini melibatkan PT Pegadaian Kanwil X Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung, serta Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (FORSEPSI), bersama 51 bank sampah binaan Pegadaian

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Darto Ap., MM, menyoroti pentingnya pembenahan sistem internal bank sampah, termasuk dalam hal pendataan, transparansi transaksi, dan keterlibatan aktif dari instansi pemerintah. 

Ia menyebut, masih banyak unit bank sampah di lingkungan ASN yang belum berjalan maksimal.

“Persoalan kita bukan sekadar teknis pengumpulan sampah, tapi juga konsistensi dan pengawasan. Harus ada pembenahan dari sisi kelembagaan agar pengelolaan bisa berkelanjutan,” ujarnya, Rabu (16/7/2025]. 

Salah satu persoalan yang muncul adalah kesenjangan kapasitas antar pengurus.

Menurut Ketua Umum FORSEPSI, Mina Dewi, sebagian pengurus belum memiliki pemahaman memadai soal regulasi dan tata kelola bank sampah yang sesuai dengan Permen LHK No.14/2021.

“Kita butuh penyamaan persepsi. Ada yang masih mengira bank sampah hanya soal memilah, padahal jauh lebih kompleks, termasuk soal administrasi dan pengelolaan hasil,” jelasnya.

Pegadaian yang selama ini menjadi mitra strategis dalam pembinaan bank sampah menekankan pentingnya integrasi program ke arah ekonomi sirkular. 

Pemimpin Wilayah X Pegadaian, Dede Kurniawan, menyebut bahwa tujuan akhir dari pembinaan bank sampah adalah menjadikan sampah bernilai secara ekonomi.

“Bank Sampah ini dapat membantu mengurangi sampah-sampah di lingkungan rumah, kantor dan sekitarnya. Program ini sangat baik karena ingin merubah sampah menjadi emas," katanya. 

Namun begitu, tantangan terbesar masih terletak pada skala dan kesinambungan. Banyak bank sampah yang aktif di awal, namun stagnan setelah beberapa bulan karena tidak ada dukungan teknis dan pasar yang stabil untuk hasil olahan sampah.

Untuk itu, forum ini menghasilkan sejumlah rencana kerja termasuk pendataan ulang unit bank sampah aktif, penguatan pelatihan teknis, serta sistem insentif berbasis digital. 

Dede menyebut pihaknya akan terus mendorong konsep “sampah jadi emas” sebagai bagian dari kampanye edukasi berbasis aksi nyata. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved