Bandung Disebut Kota Termacet, Disparbud Jabar Senang Kunjungan Wisata Tinggi, Bawa Dampak Positif
Kadisparbud menilai kemacetan justru bisa menjadi indikator positif karena menunjukan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Jawa Barat.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Menurut survei TomTom Traffic Index 2024, Kota Bandung disebut sebagai kota termacet di Indonesia yang dinilai berdasarkan data, tingkat kemacetan rata-rata di Bandung mengalahkan Jakarta dan Surabaya dengan waktu tempuh perjalanan rata-rata 15 menit per 10 kilometer.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Iendra Sofyan, kemacetan justru bisa menjadi indikator positif karena menunjukan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Jawa Barat.
“Saya melihat salah satu penyebab macet di Bandung itu ya karena kunjungan wisata. Jadi kalau saya mah senang-senang saja,” ujar Iendra saat ditemui di Gedung Sate, Senin (14/7/2025).
Baca juga: Siap-siap Bandung Macet Hari Minggu 13 Juli 2025, Ada Ceramah Zakir Naik hingga Piala Presiden
Iendra menambahkan bahwa meningkatnya kunjungan wisatawan tentu membawa dampak positif terhadap sektor ekonomi, mulai dari tingkat hunian hotel, pertumbuhan restoran, hingga perputaran ekonomi kreatif lokal.
“Kuncinya sekarang ada di daya dukung. Kalau semakin banyak yang datang, tinggal bagaimana sektor lain, seperti perhubungan, ikut menyesuaikan. Ini jadi PR Pak Wali Kota juga untuk mengantisipasi lonjakan kendaraan saat event-event besar,” katanya.
Iendra menyebutkan, sepanjang Juli hingga Oktober 2025, berbagai kegiatan dan event berskala besar akan digelar di Bandung dan beberapa kota lain di Jabar.
Salah satunya adalah Pasar Seni ITB yang akan datang. Event semacam ini kerap mengundang ribuan pengunjung dari dalam maupun luar kota, dan secara langsung mempengaruhi volume kendaraan di kawasan sekitar.
“Jadi kalau macet karena seni, budaya, atau olahraga, ya alhamdulillah. Itu berarti ekonomi bergerak. Tinggal bagaimana semua sektor berkolaborasi agar tetap nyaman bagi semua,” katanya.
Lebih jauh, Iendra juga menyoroti bahwa definisi wisata tidak melulu soal rekreasi.
Ia menjelaskan bahwa kunjungan untuk pelatihan, pendidikan, atau olahraga juga termasuk kategori wisata, sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Kepariwisataan.
“Jadi misalnya ada pelatihan di Bandung, atau orang berkunjung ke kampus, itu termasuk wisata. Termasuk yang kemarin Piala Presiden itu, itu masuk kategori wisata olahraga,” ujarnya.
Baca juga: Siap-siap Bandung Macet Hari Ini Sabtu 12 Juli 2025, Ada Zakir Naik di Cipadung hingga Konser Musik
Menurutnya, hal semacam ini penting untuk terus dicatat dan diakui sebagai bagian dari kunjungan wisatawan. Apalagi kini teknologi digital memudahkan proses pendataan, terutama untuk event-event besar.
“Yang susah itu justru destinasi kecil yang belum digital. Tapi event seperti Piala Presiden atau yang akan datang, seperti ajang lari Pocari Sweat, itu mudah dilacak karena sistemnya sudah digital,” katanya.
Dalam event seperti Pocari Sweat Run, kata Iendra, para pelari datang bukan hanya dari Bandung, tapi juga dari berbagai kota lain. Ini jelas memperbesar perputaran ekonomi sekaligus memperluas cakupan wisatawan.
kota termacet
Kota Bandung
TomTom Traffic Index 2024
Kunjungan Wisatawan
ekonomi kreatif
Iendra Sofyan
Demo di Depan Mapolda Jabar, Massa Aksi Tuntut Polisi Transparan, Sempat Lempar Botol hingga Batu |
![]() |
---|
Warga Datang Bagikan Makanan dan Minuman pada Unjuk Rasa di Bandung, Yosefa: Inisiatif Beli |
![]() |
---|
Siap-siap Bandung Macet Akhir Pekan Ini 30-31 Agustus 2025, Ada Laga Persib, Konser hingga Wisuda |
![]() |
---|
Penampakan 21 Mobil Hangus dalam Kebakaran Bengkel di Antapani Bandung, Pegawai Punguti Kunci |
![]() |
---|
Siap-siap Macet di Taman Sari Kota Bandung, ITB Gelar Wisuda di Sabuga Mulai Hari Ini sampai Minggu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.