Tradisi Bubur Sura Kampung Kaputren: Warisan Leluhur yang Menyatukan Warga di Bulan Muharram

Komposisi bubur ini terdiri dari bahan-bahan lokal seperti jagung, ubi, kacang kedelai yang dimasak bersama santan, serai, gula, dan garam.

Tribuncirebon.com / Adhim Mubaroq
Setiap memasuki tanggal 10 Muharram, warga di Kampung Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, kompak bergotong royong menyiapkan hidangan khas yang hanya dibuat setahun sekali: Bubur Sura. 

Keunikan Bubur Sura tidak hanya pada makna simboliknya, tetapi juga dari cita rasa dan tampilannya yang khas.

Bubur ini berwarna kuning cerah dengan perpaduan rasa gurih dan manis yang seimbang. Komposisinya terdiri dari bahan-bahan lokal seperti jagung, ubi, kacang kedelai yang dimasak bersama santan, serai, gula, dan garam.

Kelezatannya semakin lengkap dengan topping telur suwir, mie, tauge, irisan cabai merah, dan tambahan jeruk bali yang memberikan kesegaran di setiap suapan.

“Buburnya gurih dan harum, apalagi ada topingnya. Banyak yang suka, soalnya cuma ada pas bulan Sura aja,” ujar salah seorang warga yang tampak antusias menyantap bubur.

Tradisi Bubur Sura di Kampung Kaputren bukan hanya tentang makanan, tetapi lebih dalam lagi merupakan simbol kearifan lokal yang diwariskan dari masa ke masa.

Ini adalah bukti nyata bagaimana budaya bisa menyatukan masyarakat, memperkuat nilai gotong royong, serta menumbuhkan rasa syukur dalam momen keagamaan yang penuh berkah.

Di tengah modernisasi yang terus melaju, tradisi seperti ini menjadi oase kebersamaan yang terus dijaga dan dirawat oleh warganya dengan penuh cinta.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved