Trade War AS-Tiongkok Ancam Ekonomi Global, BI Jabar Siapkan Strategi Hadapi Dampaknya

Indonesia menjadi salah satu dari 75 negara yang terdampak tarif universal sebesar 10 persen, dan bahkan terkena tarif khusus AS sebesar 32 persen.

Tribun Cirebon/ Eki Yulianto
PENGRAJIN ROTAN - Potret para pekerja pembuat furniture rotan di salah satu pabrik di Desa Cangkring, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Kamis (17/4/2025) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Muslimin Anwar, mengungkapkan kekhawatiran terhadap meningkatnya fragmentasi ekonomi global sebagai dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kembali memanas.

Pengumuman kebijakan tarif resiprokal oleh AS pada awal April 2025 dan langkah retaliasi dari Tiongkok serta kemungkinan negara-negara lain dinilai akan menekan volume perdagangan dunia.

“Pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan turun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen (yoy), dengan penurunan terbesar diperkirakan terjadi di AS dan Tiongkok,” ujarnya dalam konferensi pers di Bank Indonesia Bandung, Jalan Braga No 108, Kota Bandung Selasa (7/5/2025).

Baca juga: 2 Anggota DPR RI dari NasDem Kembali Tak Penuhi Panggilan KPK di Kasus Dana CSR Bank Indonesia

Dampaknya turut dirasakan oleh negara maju dan berkembang lainnya, termasuk Indonesia, akibat menurunnya ekspor dan volume perdagangan.

Indonesia sendiri, menurut Muslimin, menjadi salah satu dari 75 negara yang terdampak tarif universal sebesar 10 persen, dan bahkan terkena tarif khusus sebesar 32 persen.

Meski menjadi tantangan, ia melihat peluang relokasi industri yang terkena tarif lebih tinggi ke Indonesia.

“Namun, tantangannya adalah negara lain juga berpikir hal yang sama, sehingga kita harus lebih kreatif dalam membuat kebijakan domestik,” ucapnya.

Bank Indonesia Jawa Barat pun terus mendorong peningkatan permintaan domestik, terutama untuk industri yang terdampak langsung seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, karet, dan elektronik.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah program pendampingan UMKM, termasuk mengirimkan 15 UMKM fashion terpilih ke sekolah mode Esmod serta mengadakan program ekspor coaching.

“Tahun lalu dari 30 peserta coaching, 15 berhasil ekspor. Tahun ini kami libatkan 50 peserta dan berharap sebagian besar bisa ekspor ke negara-negara non-tradisional seperti Afrika dan Timur Tengah,” ungkapnya.

Di tengah tekanan global, ekonomi Jawa Barat tetap menunjukkan ketahanan.

Baca juga: Ekspor Jawa Barat Turun 3,51 Persen pada Maret 2025, Sinyal Awal Dampak Tarif AS?

“Triwulan pertama 2025, ekonomi Jabar tumbuh 4,98 persen, lebih tinggi dari nasional yang 4,7 persen,” kata Muslimin.

Ia menargetkan pertumbuhan ekonomi Jabar tahun ini berada di kisaran 4,5–5,3 persen, meskipun mengalami koreksi dari proyeksi sebelumnya.

Bank Indonesia, lanjutnya, akan terus merespons perkembangan global secara data driven dan menyesuaikan kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan di tengah dinamika global pasca terpilihnya kembali Presiden Trump dan kebijakan tarif resiprokalnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved