Lulusan ITB Ini Sukses Kembangkan Pertanian Sirkular Terintegrasi, Keuntungan Rp 30 Juta per Hari

Melihat potensi besar dalam pengelolaan peternakan dan pertanian, Darmono mencetuskan sistem pertanian sirkular terintegrasi.

tribunjabar.id / Cikwan Suwandi
Sri Darmono Susilo menjelaskan Sistem Pertanian Sirkular Terintegrasi yang dikembangkan selama puluhan tahun kepada Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan Muhammad Mardiono di Karawang, Sabtu (26/4/2025). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Karawang, Cikwan Suwandi

TRIBUNJABAR.ID, KARAWANG - Sri Darmono Susilo, seorang sarjana teknik lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), memulai perjalanan hidupnya sebagai perantau pada tahun 1993.

Bermodalkan semangat dan pendidikan tekniknya, Darmono bekerja di sebuah pabrik pupuk di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Keputusan ini menjadi titik awal yang membawa Darmono ke puncak sukses dalam dunia usaha pertanian.

Kehidupan Darmono muda penuh dengan eksplorasi dan pembelajaran. Dengan bermodalkan satu ekor sapi, ia memulai usahanya. Darmono memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk, mengembangkan keahliannya di bidang tersebut sambil tetap bekerja sebagai pegawai di Pupuk Indonesia.

Pengalaman ini memberinya dasar yang kuat untuk melangkah lebih jauh di bidang pertanian.

Kesempatan belajar di Inggris membuka wawasan baru bagi Darmono. Ia mendalami ilmu peternakan, termasuk teknologi pemisahan sperma hewan ternak, yang kemudian menjadi inspirasi baginya untuk lebih serius di bidang peternakan.

Kepercayaan masyarakat terhadap kemampuannya semakin meningkat, dan Darmono mulai mengelola ternak mereka.

Melihat potensi besar dalam pengelolaan peternakan dan pertanian, Darmono mencetuskan sistem pertanian sirkular terintegrasi.

Ia mengintegrasikan berbagai sektor usaha yang saling mendukung, seperti peternakan sapi dan kambing, perikanan, kebun rumput, pabrik tahu, lahan sawah, hingga rumah makan. Usaha ini berkembang pesat di Desa Dawuan Timur, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang.

Pada tahun 2011, sistem pertanian sirkular yang ia kembangkan mulai menunjukkan hasil yang signifikan.

"Perputaran uang mulai dirasakan setiap hari. Daging ternaknya kita potong setiap hari, kemudian ada juga produk tahu dan ikan yang kita hasilkan. Padinya kita panen. Ampasnya menjadi pakan hingga juga menjadi pupuk organik," ujar Darmono.

Untuk menjaga perputaran keuangan harian, Darmono mengelola kurang lebih 100 ekor sapi, 400 ekor kambing, dan 120 hektare lahan sawah.

"Seluruh sawah menggunakan pupuk kotoran sapi yang sudah kita berikan bakteri dan fermentasi. Produksi sawah yang biasanya habis Rp10 juta per hektar, itu bisa kita pangkas hanya kurang dari Rp5 juta per hektar," jelasnya. Saat ini, omzet usahanya mencapai Rp30 juta per hari.

Kesuksesan Darmono menarik perhatian Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhammad Mardiono. Lahan yang dikelola Darmono dijadikan pilot project untuk model pertanian sirkular terintegrasi.

"Model pertanian ini lebih ramah lingkungan karena menggunakan kotoran hewan sebagai penyubur tanaman, sehingga mampu juga mengurangi penggunaan pupuk anorganik lebih dari 50 persen," kata Mardiono.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved