Dedi Mulyadi : Selama Jumlah Ruang Kelas SD-SMP-SMA Berbeda, PPDB Bakal Ribut Terus

Tokoh Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai pemerintah harus cermat dalam mendata siswa sekolah dan harus bisa

Penulis: Fauzi Noviandi | Editor: Ichsan
dok.dedi mulyadi
Dedi Mulyadi dalam Safari Budaya di hadapan puluhan ribu warga di Pacet Kabupaten Cianjur 

Laporan Kontributor Tribunjabar Kabupaten Cianjur, Fauzi Noviandi

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Tokoh Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai pemerintah harus cermat dalam mendata siswa sekolah dan harus bisa menyediakan ruang kelas baru supaya tak terjadi kisruh saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Dedi Mulyadi mengatakan problem utama dalam PPDB adalah kecermatan pemerintah dalam membaca data. Pemerintah yang memiliki program wajib belajar harus bisa memenuhi kebutuhan ruang kelas baru sesuai jumlah siswa sebelumnya.

“Kalau diwajibkan 9 tahun maka ruang kelas SMP harus sama dengan ruang kelas SD, kalau wajib 12 tahun berarti ruang kelas SMA/SMK harus sama dengan ruang kelas SMP. Selama itu tidak klop maka PPDB akan sering terjadi kericuhan,” kata Dedi Mulyadi seusai menggelar acara Safari Budaya di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Sabtu (15/7/2023) dini hari.

Menurutnya, APBD Kabupaten/Kota, dan APBN apabila digunakan dengan baik dan tepat maka bisa merealisasikan pendidikan yang wajib bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca juga: Guru Korban Penyiraman Air Keras Matanya Buta Ditolak BPJS, Dedi Mulyadi Bantu Biaya Pengobatan

“Bahkan dulu saat saya jadi bupati Purwakarta masih bisa bikin SMA dan SMK, itu satu kecamatan ada yang dua ada yang tiga. Padahal APBD Purwakarta saat itu kecil dibanding kabupaten/kota lain,” katanya.

Dedi Mulyadi mengatakan, persoalan yang terjadi saat ini banyak anggaran yang tidak tepat. Seharusnya anggaran pendidikan tidak perlu digunakan dulu untuk TIK atau alat peraga sekolah. Tetapi anggaran difokuskan untuk pembangunan ruang kelas baru.

“Ini kan yang aneh, anggaran untuk TIK atau alat peraga jumlahnya ratusan miliar rupiah tapi ruang kelas tidak ditambah. Selama itu tidak dibuat pasti kisruh terus. Masa sih setiap tahun negara ini mewajibkan orang sekolah tapi ribut terus, orang lain sudah pergi ke bulan ini masih kekurangan ruang kelas baru,” katanya.

Baca juga: Di Tengah Puluhan Ribu Warga Ada Ibu Gendong Balita Kurus, Dedi Mulyadi : Inilah Paradoks Indonesia

Selain itu, dalam kegiatan Safari Budaya di Kabupaten Cianjur ini KDM (Kang Dedi Mulyadi), sapaan akrabnya, menyerahkan bantuan Rp 6 juta kepada seorang anak.

“Uang ini bisa dibelikan domba dan membuat kandang. Jadi kamu sekarang bisa punya domba sendiri. Walaupun bapakmu sekarang seorang kuli bangunan, kelak kamu bisa menjadi kontraktor bangunan. Kamu anak hebat,” kata Dedi Mulyadi kepada anak yang diberinya uang itu.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved