Minat Masyarakat Jabar Bekerja di Jepang Tahun Ini Tembus 20 Ribu Orang, Ini Bidang yang Diminati
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jabar masih relatif tinggi. Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, pada Februari 202
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar Nazmi Abdurahman
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Barat (Jabar) masih relatif tinggi.
Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, pada Februari 2023 TPT Jabar masih berada di angka 7,89 persen.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar, Rachmat Taufik Garsadi, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Harmonisasi Penempatan Pekerja Migran Indonesia asal Jabar ke Jepang Mekanisme Specified Skill Worker, di Aula Bima, Disnakertrans, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Selasa (27/6/2023).
Upaya untuk memperbesar keterserapan penduduk usia kerja, kata dia, akan sulit jika hanya dilakukan oleh Pemerintah saja.
Kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan keterserapan tenaga kerja, kata Rachmat, perlu dilakukan salah satunya dengan meningkatkan kompetensinya melalui lembaga pelatihan kerja (LPK).
Baca juga: Ini Lima Daerah di Jabar Penyumbang Pekerja Migran Terbanyak, Polda Ungkap Banyak PMI Ilegal
"Memberikan kesempatan tenaga kerja untuk dapat belajar langsung melalui pemagangan melalui lembaga SO yang sudah memiliki izin resmi, ataupun menyalurkan tenaga kerja untuk ditempatkan di luar negeri secara prosedural melalui P3MI," ujar Rachmat Taufik.
Menurutnya, saat ini Jepang sudah menerapkan skema penempatan specified skill worker (SSW) yang dapat menjadi kesempatan berharga apabila dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Pada focus group discussion ini, dibahas mengenai skema SSW dari berbagai sisi sehingga diharapkan akan tercipta pemahaman yang menyeluruh bagi semua pihak untuk dapat mengambil peran dalam penerapan skema SSW ini sesuai dengan aturan yang berlaku," katanya.
Kabid Penta Trans, Hendra Kusuma Sumantri menambahkan, melalui FDG ini diharapkan para pelaku penempatan Pekerja Migran Indonesia agar menggunakan jalur resmi atau prosedural.
Sebab, kata dia, minta masyarakat untuk bekerja di luar negeri khususnya Jepang setiap semesternya mengalami peningkatan.
"Alhamdulillah, kalau dari data kita bahkan sampai bulan Mei kemarin itu sudah di atas 20 ribuan, untuk penempatan pekerja migran ke seluruh negara dan 30 persen penempatan Jepang," ujar Hendra.
Baca juga: Pencari Lowongan Kerja di Luar Negeri dan Pekerja Migran asal Jabar kini Bisa dilayani lewat JMSC
Para pekerja migran Indonesia yang berangkat ke Jepang itu rata-rata bekerja di bidang manufaktur, nurse hingga care giver.
"Jepang itu ada 14 bidang pekerjaan, ada manufaktur, pertanian, care giver, nurse, itu paling banyak," katanya. (*)
Silakan baca berita terbaru Tribunjabar.id lainnya, klik GoogleNews
bekerja di Jepang
masyarakat Jabar
Dinas Ketenagakerjaan
Rachmat Taufik Garsadi
Pekerja Migran Indonesia
manufaktur
pertanian
| Indonesia Butuh 10 Ribu Pemulia Tanaman, Baru Punya Seribu: Ancaman bagi Ketahanan Pangan 2050 |
|
|---|
| Dugaan Muncul Virus Orf atau Budug pada Ternak Domba di Pangandaran, Petugas Cek, Ini Gejalanya |
|
|---|
| Dorong Pertanian Berkualitas, PKS Hadirkan Pojok Kentang di Agrowisata Tepas Papandayan Garut |
|
|---|
| Komisi II DPRD Jawa Barat Dorong Optimalisasi Kinerja Balai Mekanisasi Pertanian |
|
|---|
| Dinas Pertanian Karawang Memastikan Pupuk Bersubsidi Selalu Tersedia dan Dijual Sesuai HET |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.