Kisruh Tabungan Siswa di Pangandaran

Pengamat Pendidikan Sebut Esensi Nabung di Sekolah Sudah Kehilangan Makna Kini yang Nabung Orang Tua

Pengamat pendidikan sekaligus mantan guru SD di Pangandaran menyebut esensi anak menabung di sekolah sudah kehilangan makna.

Penulis: Padna | Editor: Darajat Arianto
Ist/Dok. Widiansyah
Daftar uang tabungan murid kelas 6 di SD Negeri 2 Kondangjajar Pangandaran yang belum dikembalikan oleh pihak sekolah. Pengamat pendidikan sekaligus mantan guru SD di Pangandaran menyebut esensi anak menabung di sekolah sudah kehilangan makna. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Pengamat pendidikan sekaligus mantan guru SD di Pangandaran menyebut esensi anak menabung di sekolah sudah kehilangan makna.

Dia bernama Sobirin, saat ini aktif menjadi dosen di satu universitas perguruan tinggi di Kabupaten Pangandaran.

Sobirin mengatakan, sebenarnya hakekat menabung di sekolah sendiri bukan untuk menyimpan kekayaan orang tuanya.

"Tapi, untuk melatih dan mendidik anak untuk bersikap hemat. Melatihnya yaitu, dengan anak - anak untuk biasa menabung dari uang sisa jajannya di sekolah."

"Dulu, kita juga pernah berpesan kepada anak-anak untuk menabung uang dari sisa jajan," ujar Sobirin kepada Tribunjabar.id di Cijulang beberapa hari ini.

Baca juga: Reaksi Bupati Pangandaran Saat Pemerintah Diminta Lunasi Utang Penyebab Tabungan Murid SD Macet

Jadi, kata Ia, yang dilatihkan kepada anak-anak waktu dulu adalah bagaimana mereka hidup dengan cara hidup hemat.

Tujuannya, untuk cadangan apabila nanti ada hal yang mendesak yang memang perlu uang banyak.

"Berbeda dengan sekarang, ada murid yang sekali menabung Rp 100 ribu. Itu bisa ditafsirkan, apakah itu uang jajan anak, kan bukan. Itu namanya berarti menyimpan kekayaan orang tua di sekolah," katanya.

Untuk itu, Ia menyatakan, sekarang esensi menabung di sekolah itu sudah kehilangan maknanya.

"Sekarang, dari awalnya melatih anak untuk bersikap hemat menjadi sarana orang tua untuk menyimpan harta atau uangnya di sekolah," ucap Sobirin.

Menurutnya, ada beberapa langkah yang harus dilakukan pihak sekolah agar tidak kehilangan esensi dari makna menabung itu sendiri.

Pertama, pihak sekolah atau guru harus memberikan kesadaran kepada orang tua. Bahwa, tabungan yang diberikan anak itu bukan tabungan orang tua.

"Tapi, tabungan anak seperti dengan menyisihkan uang jajan," ujarnya.

Baca juga: Nasib Pengurus Koperasi Tugu Cijulang Pascagedung Terjual buat Nombokin Utang Guru ke Tabungan Murid

Kedua, pihak sekolah atau guru juga harus paham makna siswa menabung di sekolah dan jangan terlena dengan banyaknya uang tabungan itu.

"Karena uang banyak, jangan seenaknya meminjam tanpa memikirkan bagaimana dampak dari uang yang dipinjam itu," kata Sobirin. (*)

Silakan baca berita terbaru Tribunjabar.id, klik GoogleNews

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved