Uang Palsu yang Beredar di Tasik Kualitasnya Sangat Rendah, Gampang Dikenali Karena dari Kertas HVS
Aswin juga menilai, bahwa teknik cetak yang digunakan para tersangka pemalsu uang ini juga mudah dikenali.
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) di wilayah Tasikmalaya angkat bicara terkait ditangkapnya 7 orang pelaku sindikat pembuat dan pengedar uang emisi 2022 yang palsu pada Rabu (24/5/2023) kemarin.
Aswin Kosotali selaku Kepala Perwakilan BI Tasikmalaya menjelaskan, bahwa sebanyak 3.214 lembar uang palsu, yang terdiri dari 2.597 lembar pecahan Rp.100.000 serta 617 lembar pecahan Rp.50.000 dan telah diamankan oleh Polres Tasikmalaya Polda Jawa Barat (Jabar), memiliki bahan kertas yang berbeda dengan uang asli.
“Uang palsu tersebut, (terbuat) dari kertas Hout Virj Schrijfpapier (HVS), bukan kertas yang memang khusus untuk bahan uang,” tuturnya kepada TribunPriangan.com pada Kamis (25/5/2023).

Aswin juga menilai, bahwa teknik cetak yang digunakan para tersangka pemalsu uang ini juga mudah dikenali.
“Dari teknik cetaknya (red: uang asli), ada bagian yang kasar, karena menggunakan teknik cetak dalam atau (juga yang disebut) intaglio. Uang palsu yang diamankan pihak Polres Tasikmalaya (Polda Jabar), menggunakan teknik laser jet printing, jadi tidak kasar,” lengkapnya.
Jika dilihat dari unsur pengamanan yang BI tanamkan dalam uang asli, lanjut Aswin, terdapat watermark (red: logo khusus penanda keaslian) dengan tampilan warna yang tampak jelas.
“(Sementara pada uang palsu tersebut), beberapa bagiannya tidak jelas. Maka, kami sampaikan bahwa kualitas dari uang palsu ini adalah kualitas pemalsuannya masih rendah, sehingga mudah dikenali dengan cara 3D; dilihat, diraba, diterawang. Sekarang dengan perkembangan teknologi cetak yang samgat maju, semua orang bisa membuat uang palsu,” jelasnya.
Aswin juga menegaskan, bahwa selama ini, pengamanan uang asli tidak ada yang bisa sama persis dengan uang yang diedarkan oleh BI.
“Tentunya, kami dalam rangka penangkalan uang palsu ini, ada dua pendekatan. Yang pertama ialah pendekatan preventif, yang dilakukan dengan menggiatkan soialisasi mengenai ciri-ciri keaslian rupiah. Yang kedua ialah pendekatan represif dengan cara bekerjasama dengan Pak Kapolres dan semua aparat penegak hukum se-Indonesia, agar dapat memberikan efek jera terhadap para pelaku pemalsuan uang, karena ini akan merugikan masyarakat,” pungkasnya. (Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana)
Bahan Bakar dan Rekreasi Topang Pertumbuhan Sektor Ritel di Juli 2025 |
![]() |
---|
Mengenal Payment ID, Sistem BI yang Pantau Transaksi Keuangan Warga RI, Akan Diuji Coba untuk Bansos |
![]() |
---|
Ini 10 Proyek Investasi yang Bakal kembali Diadu pada Final West Java Investment Challenge 2025 |
![]() |
---|
Uang Palsu Beredar di Kota Sukabumi, PKL di Lapangan Merdeka Jadi Korbannya |
![]() |
---|
Pemuda 20 Tahun di Padalarang Ditangkap karena Produksi Uang Palsu, Dijual Online |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.