Jelang Ramadhan di Ciamis, Tradisi Ngikis di Situs Galuh Karangkamulyan Tanpa Acara Berebut Buah

Tradisi Ngikis atau ritual adat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan di Situs Galuh Karangkamulyan sempat terhenti selama masa pandemi Covid-19.

Penulis: Andri M Dani | Editor: Januar Pribadi Hamel
tribunjabar/andri m dani
Ngikis – Kegiatan makan bersama pada tradisi adat “Ngikis” di Situs Galuh Karangkamulyan Ciamis, Kamis (16/3) siang. Ngikis berarti mensucikan diri, mengikis diri dari berbagai dosa. Serta memagari diri dari berbagai perbuatan yang bakal membatalkan puasa (foto/tribunjabar/andri m dani) 

Acara Kamis (16/3) siang tersebut ditutup dengan makan bersama (munggahan). Ratusan warga makan bersama menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

“Di Desa Karangkamulyan ini ada 37 RT. Tiap-tiap RT membuat nasi tumpeng dan dimakan bersama pada ritual Ngikis ini,” ujar Kades Karangkamulyan, Uus Uswandi Kamis (16/3).

Sebenarnya kegiatan tradisi adat Ngikis ini menurut Kuwu Uus berlanjut dengan berbagai penampilan seni tradisi sampai sore hari.

“Malam hari nanti ada tabligh akbar, pengajian dan santunan anak yatim,” katanya.

Ritual Ngikis , menurut Kuwu Uus, makna harpiahnya adalah mengganti pagar. Memagar diri dari berbagai perbuatan jahat dan dosa. Seperti iri, dengki, serakah, fitnah, hasut dan memagari diri dari berbagai hal yang bisa membatalkan puasa.

“Tradisi ngikis juga berarti membersihkan diri, mensucikan diri menyambut datangnya bulan suci. Mengikis diri berbagai dosa-dosa, bersilaturahmi saling bermaafan,” ujar Kuwu Uus.

Tradisi Ngikis Kamis (16/3) siang tersebut utamanya dihadiri warga dari 37 RT dari 4 dusun yang ada di Desa Karangkamulyan.

“Utamanya tradisi Ngikis ini adalah wadah silaturahmi bagi warga Desa Karangkamulyan saat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Kegiatan silaturahmi yang ditutup dengan makan bersama (munggahan),” Imbuhnya.

Meski prosesi “Ngikis” tahun 2023 inii mulai gebyar, pelaksanaan ritual Ngikis tahun ini agak lebih sederhana.

Sedikit berbeda-beda dengan tradsi Ngikis tahun-tahun sebelumnya yang lebih meriah. Misalnya dengan adanya ritual perebut buah dan sayur-sayuran yang sangat ditunggu-tunggu sebagai wujud rasa syukur.

Tahun ini tidak ada gunungan tinggi yang nerupakan susunan buah-buahan dan sayur-sayuran yang disusun menarik.

“Hal yang sangat ditunggu-tunggu warga saat tradisi Ngikis, adalah makan bersama (munggahan). Serta perebut gunungan buah-buahan dan sayur-sayuran,” ujar Ki Aif Syarifudin dari Kabuyutan Galuh Sadulur.

Ketika perebut buah-buahan dan sayur-sayuran tersebut warga rela berdesak-desakan bahkan berpanas-panas. Apapun buah-buahan maupun sayuran yang didapat hasil dari perjuangan perebutan tersebut menurut Ki Aif umumnya dibawa pulang, sebagai berkah. Oleh-oleh dari Ngikis.

“Mungkin atas berbagai pertimbangan, tradisi perebut buah pada Ngikis tahun ini ditiadakan,” katanya. (andri m dani)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved