Mitos Vaksinasi Anak yang Tak Usah Dipercaya, Ini Penjelasan Dokter

Di kalangan masyarakat, vaksinasi atau imunisasi masih menjadi bahan perdebatan. Ada yang setuju dan ada juga yang memilih tidak.

Editor: Giri
Kompas.com
Ilustrasi - Mitos tentang vaksinasi kepada anak masih berkembang di masyarakat. Ada yang pro dan ada yang kontra. 

"Tapi ini bukan berarti vaksin lainnya yang tidak wajib diberikan atau tidak disubsidi oleh pemerintah bukan berarti tidak penting," ujar dia.

Dicontohkan Caesar, vaksin Pneumococcal conjugate vaccine (PCV) yang dipergunakan untuk mencegah peradangan paru-paru (pnuemonia) dan juga peradangan selaput otak atau meningitis juga wajib diberikan.

Grab Setuju Semua Mitra Jalani Swab Test, Jumlahnya Ribuan di Kota Bandung

"Padahal, pneumonia ini menjadi penyebab kematian balita nomor satu di Indonesia," kata dia.

Selain itu, juga vaksin rotavirus yang bermanfaat untuk mencegah diare akibat rotavirus. Caesar mengingatkan untuk tidak menganggap remeh penyakit diare pada anak-anak. Untuk diketahui, diare adalah penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia.

3. Anak memiliki gejala tertentu tidak boleh vaksinasi

Umumnya, sebagian masyarakat meyakini jika anak yang memiliki gejala seperti batuk, pilek atau sedang mengonsumsi obat tertentu tidak diperbolehkan vaksinasi.

Akan tetapi, kondisi batuk dan pilek ringan tanpa demam bukanlah kontraindikasi untuk pemberian vaksinasi pada anak-anak atau balita.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan anak tidak sedang berada dalam kondisi penyakit yang berat.

BKIPM Sebut Produk Perikanan Tak Terpengaruh Pandemi Covid-19, Jumlah Ekspor Malah Naik 11 Persen

Sementara itu, perihal konsumsi obat, Caesar menuturkan sebagian besar obat-obatan, termasuk antibiotik, tidak memengaruhi potensi vaksin.

"Tapi, bila anak mendapatkan pengobatan yang bersifat menekan imunitas jangka lama, maka dokter akan menunda pemberian vaksin itu," ucapnya.

Sebelum Nonton Sinetron Dari Jendela SMP Episode 7, Nih Intip Sinopsisnya

Penjelasan Caesar ini menekankan, kondisi batuk dan pilek ringan, dan konsumsi obat bukan terapi penyakit berat, serta hasil evaluasi pemeriksaan dari dokter ahli akan menentukan vaksinasi sebaiknya tetap dilaksanakan atau ditunda. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Vaksin Bikin Autis? 3 Mitos Vaksinasi Anak yang Tak Usah Dipercaya"

Sumber: Kompas
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved