Mitos Vaksinasi Anak yang Tak Usah Dipercaya, Ini Penjelasan Dokter
Di kalangan masyarakat, vaksinasi atau imunisasi masih menjadi bahan perdebatan. Ada yang setuju dan ada juga yang memilih tidak.
TRIBUNJABAR.ID - Di kalangan masyarakat, vaksinasi atau imunisasi masih menjadi bahan perdebatan. Ada yang setuju dan ada juga yang memilih tidak dengan berbagai alasan.
Satu di antaranya karena ada banyak isu negatif yang berkaitan dengan program tersebut.
Banyak mitos terkait vaksinasi yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat dan membuat mereka enggan melakukan pemberian vaksinasi untuk anak-anaknya.
Berikut penjelasan dari tiga contoh mitos terkait vaksinasi dan bagaimana faktanya:
1. Vaksinasi dapat menyebabkan autisme
Dokter Spesialis Anak di RS Pondok Indah, Caesar Pronocitro, mengatakan, banyak masyarakat yang masih percaya vaksinasi dapat menyebabkan autisme.
Ini adalah isu hoaks atau informasi palsu.
Dijelaskanya Caesar, hoaks atau kabar palsu itu dahulunya berasal dari penelitian yang mengaitkan vaksin MMR dengan autisme.
Penelitian ini dilakukan seorang dokter bernama Wakefield dengan hanya 18 sampel di tahun 1998 dan sudah dibongkar kesalahan penelitian tersebut sejak tahun 2011.
"Jadi itu (penelitian Wakefield) sudah dinyatakan salah, dibantah dan sudah dibongkar penelitiannya tidak benar," kata Caesar dalam diskusi daring bertajuk Pentingnya Vaksinasi untuk Anak, Rabu (1/7/2020).
Berbagai penelitian lainnya telah dilakukan dengan lebih bertanggung jawab dan sahih, dengan melibatkan sampel yang jauh lebih besar. Hasilnya menunjukkan bukti bahwa tidak ada kaitannya vaksin MMR yang diberikan sekitar setahun sebelum bertepatan dengan usia di mana gejala-gejala autisme mulai tampak.
2. Vaksin yang tidak wajib dianggap tidak penting diberikan
Caesar menegaskan, masing-masing vaksin yang diberikan memang bertujuan memberikan pencegahan terhadap penyakit yang berbeda.
Di Indonesia, ada vaksinasi yang sudah disubsidi oleh pemerintah sehingga menjadi sangat dikenal oleh masyarakat.
Di antaranya adalah vaksin hepatitis B, BCG, polio, DPT kombo, dan campak.
"Tapi ini bukan berarti vaksin lainnya yang tidak wajib diberikan atau tidak disubsidi oleh pemerintah bukan berarti tidak penting," ujar dia.
Dicontohkan Caesar, vaksin Pneumococcal conjugate vaccine (PCV) yang dipergunakan untuk mencegah peradangan paru-paru (pnuemonia) dan juga peradangan selaput otak atau meningitis juga wajib diberikan.
• Grab Setuju Semua Mitra Jalani Swab Test, Jumlahnya Ribuan di Kota Bandung
"Padahal, pneumonia ini menjadi penyebab kematian balita nomor satu di Indonesia," kata dia.
Selain itu, juga vaksin rotavirus yang bermanfaat untuk mencegah diare akibat rotavirus. Caesar mengingatkan untuk tidak menganggap remeh penyakit diare pada anak-anak. Untuk diketahui, diare adalah penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia.
3. Anak memiliki gejala tertentu tidak boleh vaksinasi
Umumnya, sebagian masyarakat meyakini jika anak yang memiliki gejala seperti batuk, pilek atau sedang mengonsumsi obat tertentu tidak diperbolehkan vaksinasi.
Akan tetapi, kondisi batuk dan pilek ringan tanpa demam bukanlah kontraindikasi untuk pemberian vaksinasi pada anak-anak atau balita.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan anak tidak sedang berada dalam kondisi penyakit yang berat.
• BKIPM Sebut Produk Perikanan Tak Terpengaruh Pandemi Covid-19, Jumlah Ekspor Malah Naik 11 Persen
Sementara itu, perihal konsumsi obat, Caesar menuturkan sebagian besar obat-obatan, termasuk antibiotik, tidak memengaruhi potensi vaksin.
"Tapi, bila anak mendapatkan pengobatan yang bersifat menekan imunitas jangka lama, maka dokter akan menunda pemberian vaksin itu," ucapnya.
• Sebelum Nonton Sinetron Dari Jendela SMP Episode 7, Nih Intip Sinopsisnya
Penjelasan Caesar ini menekankan, kondisi batuk dan pilek ringan, dan konsumsi obat bukan terapi penyakit berat, serta hasil evaluasi pemeriksaan dari dokter ahli akan menentukan vaksinasi sebaiknya tetap dilaksanakan atau ditunda. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Vaksin Bikin Autis? 3 Mitos Vaksinasi Anak yang Tak Usah Dipercaya"