Sampah Menumpuk, Komisi III DPRD Kota Bandung Desak Pemkot Siapkan Solusi Jangka Pendek
DPRD menyoroti banyaknya tumpukan sampah di Kota Kembang ini akibat adanya pembatasan kuota pembuangan ke TPA Sarimukti.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Anggota Komisi III DPRD Kota Bandung, Nunung Nurasiah, menyoroti banyaknya tumpukan sampah di Kota Kembang ini akibat adanya pembatasan kuota pembuangan ke TPA Sarimukti.
Seperti diketahui, saat ini kuota pengangkutan sampah dari dari Kota Bandung ke TPA Sarimukti dibatasi 981 ton per hari, padahal sebelumnya 1.200 ton. Akibatnya, terdapat 200 hingga 300 ton sampah per hari yang tidak dapat terangkut hingga akhirnya menumpuk di TPS.
"Melihat fenomena sekarang tumpukan sampah nambah lagi di Kota Bandung akibat pembatasan ritase ke TPA Sarimukti. Jadi, pemkot harus secepatnya ada solusi jangka pendek," ujar Nunung, Minggu (16/11/2025).
Untuk solusi penanganan sampah tersebut, pihaknya mencontohkan keberadaan mesin pemotong sampah di beberapa kecamatan yang dinilai cukup efektif, meski jumlahnya hingga saat ini masih terbatas.
"Insinerator kan sudah tidak boleh ya, tapi ada mesin pemotong sampah di beberapa kecamatan dan itu pemantauan kami sangat efektif dalam penanganan sampah, tapi jumlahnya sedikit," katanya.
Atas hal tersebut, pihaknya berharap mesin pemotong sampah tersebut kedepannya bisa semakin banyak agar penanganan sampah di Kota Bandung bisa semakin cepat dan tuntas.
Sementara terkait program pemilahan sampah yang telah dicanangkan Pemkot, seperti sampah tidak dipilah tidak diangkut, menurutnya belum berjalan maksimal di lapangan. Sehingga, untuk ke depan harus ada gebrakan dan inovasi soal penanganan sampah.
"Walaupun sudah ada programnya enggak dipilah gak diangkut, tapi kenyataan di lapangan belum optimal. Edukasi terus ke masyarakat, kemudian masyarakat harus ikut andil menuntaskan masalah sampah," ucap Nunung.
Sedangkan terkait, program magotisasi sampah organik yang kini mulai digalakkan pemerintah, dia menilai program tersebut bisa menjanjikan solusi berkelanjutan, asalkan ada perencanaan matang mengenai pengelolaan hasil magot.
"Model sekarang ada magotisasi, harus dipikirkan magotnya harus diapakan supaya berkesinambungan. Jangan sampai program itu di awal semangat, tapi di akhir ada permasalahan," katanya.
Menurutnya, peningkatan jumlah penduduk di Kota Bandung yang sangat signifikan setiap tahun turut memperparah persoalan. Sebab, produksi sampah terus meningkat, sementara kapasitas pengelolaan masih terbatas.
"Sampai saat ini memang bukan Kota Bandung saja, sampah ini betul-betul PR seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Otomatis produksi sampah meningkat. Jadi walaupun belum bisa 100 persen mengentaskan masalah sampah, minimal kita menekan jumlahnya," ujar Nunung.
| Baru Dua SPPG di Bandung yang Kantongi SLHS, Dinkes Pastikan Sisanya Masih Proses |
|
|---|
| Kajian Angkot Pintar di Bandung Dikebut Agar Bisa Segera Layani Rute Gunung Batu-Stasiun Hall |
|
|---|
| Jabar Kabisa 2025 Hadirkan Ruang Belajar Konsumen, Etalase Produk Unggulan, hingga Layanan Publik |
|
|---|
| Reuni Akbar STIA LAN Bandung Perkuat Jejaring Alumni lintas Generasi |
|
|---|
| Kompensasi Jukir Terdampak Proyek BRT di Bandung Tak Jadi Sesuai UMK, Diubah Jadi Rp80 Ribu/Hari |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Anggota-Komisi-III-DPRD-Kota-Bandung-Nunung-Nurasiah-eaw.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.