Keracunan MBG di Bandung Barat

Diduga Jadi Biang Kerok Keracunan MBG, Operasional SPPG di Ngamprah KBB Diberhentikan Sementara

MBG diduga menjadi penyebab 21 siswa SMP Bina Karya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) keracunan pada Selasa (11/11/2025).

Penulis: Rahmat Kurniawan | Editor: Giri
Tribun Jabar/Rahmat Kurniawan
KERACUNAN - Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SSPPG) mitra dari Yayasan Adiwidia Dedikasi Firajullah. Menu dari SPPG ini diduga menjadi penyebab siswa SMP Bina Karya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) keracunan pada Selasa (11/11/2025). 

Laporan Reporter Tribunjabar.id Rahmat Kurniawan

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Makan Bergizi Gratis (MBG) diduga menjadi penyebab 21 siswa SMP Bina Karya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) keracunan pada Selasa (11/11/2025). Sajian MBG tersebut berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SSPPG) mitra dari Yayasan Adiwidia Dedikasi Firajullah.

Pantauan di lokasi, pada Kamis (13/11/2025), SPPG yang terletak di Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Bandung Barat, itu dalam sepi. Di lokasi, terlihat sejumlah orang tengah melakukan renovasi terhadap sejumlah bagian pada bangunan.

Asisten Lapangan SPPG, Agusmara, mengonfirmasi jika operasional SPPG diberhentikan sementara waktu setelah adanya peristiwa dugaan keracunan yang dialami oleh siswa Bina Karya.

"Har ini SPPG Sukatani, Ngamprah, dalam posisi setop dulu, terkait dengan adanya dugaan (keracunan). Distop untuk kepentingan uji laboratorium, untuk kepentingan siswa yang terkena dampak," kata Agusmara.

Agusmara mengaku tidak mengetahui secara pasti sampai kapan operasional SPPG diberhentikan. Saat ini, pengelola tengah melakukan perbaikan sejumlah fasilitas yang ada di SPPG.

Baca juga: BREAKING NEWS: 21 Siswa SMP di Ngamprah Bandung Barat Diduga Keracunan Menu MBG

"Kita dapat arahan perbaiki layout, perbaiki dapur, penyempurnaan, sehingga layout sesuai dengan standar BGN. Ada beberapa ruangan tempat yang sekiranya kurang cocok, dengan disetop sementara kita perbaiki dulu dengan harapan setelah selesai perbaikan ini kita bisa running kembali," ungkapnya.

Agusmara menuturkan, SPPG Sukatani telah beroperasi dan mendistribusikan MBG sejak 22 Oktober 2025. Di awal, ada 600 paket MBG yang didistribusikan oleh SPPG.

"Di awal kita running di 600 paket, minggu ke dua 1.150, dan minggu ke tiga kemarin ada sekitar 1.450 ke-27 titik sekolah," ujarnya.

Soal adanya makanan basi yang menjadi sumber keracunan, Agusmara enggan berkomentar lebih lanjut. Yang pasti, jumlah siswa yang diduga mengalami keracunan hanya terjadi di satu sekolah dan hanya dialami oleh segelintir siswa.

Dia menegaskan, sebelum peristiwa dugaan keracunan, distribusi MBG berjalan lancar tanpa ada keluhan dari penerima manfaat.

Baca juga: Program MBG Dorong Kenaikan Inflasi Jawa Barat pada Oktober 2025: Kebutuhan Telur dan Ayam Meningkat

"Itu kan hanya terjadi di satu sekolah, dan tidak semuanya ada keluhan, saya yang antar langsung ke sekolah, ada yang makan lebih dari satu paket, dan tidak kenapa-kenapa," ucapnya.

Sebanyak 21 siswa SMP Bina Karya, Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), diduga mengalami keracunan MBG, Selasa (11/11/2025).

Hingga Rabu (12/11/2025) masih ada satu siswa yang masih menjalani perawatan di rumah sakit.

"Jumlah 21, yang masih dirawat satu siswa," kata Plt Kadis Kabupaten Bandung Barat (KBB), Lia N Sukandar, Rabu.

Kepala Puskesmas Ngamprah, Bandung Barat, Ifah Syarifah, mengatakan, siswa-siswi yang diduga keracunan MBG mengalami gejala berupa sakit perut, mual, pusing, dan muntah. Dia pun turut mengkonfirmasi adanya satu siswa yang dirujuk ke rumah sakit.

“Gejala yang muncul berupa nyeri ulu hati, mual, muntah, dan pusing. Satu siswa kami rujuk karena mualnya tak berhenti dan disertai sesak napas,” kata Ifah.

Sampel MBG yang diduga penyebab keracunan telah diambil oleh petugas puskesmas dan telah dikirim ke laboratorium untuk dilakukan uji laboratorium. 

Adapun sajian MBG yang dikonsumsi oleh siswa Bina Karya berupa nasi putih, perkedel, ayam mentega, tahu goreng, dan semangka.

"Kita sudah ambil sampelnya. Untuk kepastian penyebabnya nanti akan diketahui setelah uji lab keluar 7-10 hari," ujarnya.

Terpisah, guru SMP Bina Karya, Meganita Oktalia, mengatakan, dugaan keracunan bermula saat ada sejumlah siswa yang mengeluhkan gejala seperti mual, muntah, dan pusing.

"Awalnya kan 13, sampai malam bertambah terus sampai 21. Rata-rata dibawa ke puskesmas," kata Meganita.

Meganita mengungkapkan, satu siswa dirujuk ke Rumah Sakit Karisma, Cimareme. Siswa tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut karena memiliki riwayat penyakit lambung.

"Karena punya asam lambung. Sisanya sudah diizinkan pulang kondisinya sudah membaik. Sekarang mereka yang sudah pulang pemulihan di rumah masing-masing," ungkap Meganita.

Aktivitas belajar mengajar saat ini berlangsung normal meski para siswa tidak lagi menerima paket MBG untuk sementara waktu.

"Kalau pembelajaran berjalan normal, yang kemarin bergejala pemulihan dulu. Jadi kita tidak menerima MBG dulu, jadi disetop cuma sampai kapannya tidak tahu ya. Kami sudah menerima selama tiga minggu," ucap dia. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved