Pembangunan BRT Bandung Raya

Bandung Raya Siap-siap Macet 1,5 Tahun! Pembangunan Jalur BRT 21 KM Dimulai 2026, PKL Melawan?

proyek ambisius yang melibatkan lima kabupaten/kota ini langsung menuai penolakan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/ Nazmi Abdurrahman
PROYEK RAKSASA BRT - Penumpang menaiki Bus Rapid Transit Metro Trans Jabar di halte Alun-alun Bandung, Rabu (1/1/2025). Proyek pembangunan jalur khusus Bus Rapid Transit (BRT) yang membentang sepanjang 21 kilometer di kawasan Bandung Raya dipastikan dimulai pada Januari 2026. 

Iwan Suherman bahkan memastikan pihaknya akan melakukan perlawanan jika Pemerintah melakukan penertiban secara sepihak.

Dia memperkirakan total PKL yang terdampak di sejumlah titik strategis bisa mencapai ribuan orang.

Sementara itu, Dishub Jabar berharap kolaborasi dan sinergitas antara pemerintah daerah dapat mewujudkan transformasi besar sistem transportasi publik ini.

Pengamat: Harus Ada Transportasi Tambahan

Pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono memberikan masukan terkait rencana pembangunan jalur Bus Rapid Transit (BRT) yang akan dilaksanakan mulai Januari 2026.

Sony mengatakan, dalam pembangunan jalur BRT itu pemerintah bisa belajar dari Jakarta yang saat itu sudah sukses membangun jalur bus way, sehingga hal ini tentunya bisa diterapkan di wilayah Bandung Raya.

"Jadi kalau kita belajar dari Jakarta waktu menerapkan bus way itu dilihat jalur jalannya yang kira-kira jumlah jalurnya minimal 3. Kalau kita lihat di Bandung yang minimal 3 itu hanya Jalan Lingkar Selatan," ujarnya saat dihubungi, Senin (28/10/2025).

Menurutnya, jalan lingkar selatan sangat ideal dibangun tiga jalur BRT karena tidak selalu ramai dan jalan tersebut juga mengkoneksikan Bandung bagian Selatan dan Utara, sehingga bagus sebagai tulang punggung transportasi.

"Kalau ke pusat kota harus diperhatikan juga kapasitas jalannya. Kalau pusat kita mungkin jalannya yang searah yang mungkin juga lajurnya tiga, mungkin bisa dipakai itu," katanya.

Sementara untuk antisipasi kemacetan, selama proses pembangunan jalur BRT, kata Sony, pemerintah daerah harus segera melakukan sosialisasi rute mana saja yang akan dibangun, lalu tahapannya seperti apa agar nanti masyarakat siap-siap.

"Tapi kalau nantinya hanya sekedar masang pembatas fisik harusnya gak terlalu lama. Tapi yang penting dikomunikasikan kepada masyarakat, jalur BRT dimana saja, mulai kapan, dan sampai kapan. Kemudian harus ada polisi yang membantu pengaturan arus lalu lintas," ucap Sony.

Di sisi lain, Sony mengingatkan, bahwa kemacetan di Kota Bandung itu karena mobil sudah terlalu banyak, sehingga BRT yang akan dibangun tidak akan banyak menolong, sehingga harus ada transportasi tambahan.

"Tetap saja harus dikombinasikan dengan rerouting angkot, diperkuat Trans Metro Jabar, Trans Metro Pasundan, Damri, diperbanyak angkutan umumnya," katanya.

Atas hal tersebut, kata dia, masyarakat perlu paham bahwa BRT itu tidak mungkin bisa menghilangkan kemacetan karena yang bisa dilakukan atasi macet itu memberikan banyak alternatif masyarakat untuk bertransportasi.

"BRT itu harus dilihat sebagai salah satu alternatif transportasi buat masyarakat Kota Bandung dan jangan dilihat sebagai untuk menghilangkan kemacetan. Tujuan kita itu bukan menghilangkan tetapi memberikan alternatif lebih banyak transportasi buat masyarakat," ujar Sony.(*)

(Putri Puspita/Nazmi Abdurrahman/Tribun Jabar)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved