Aula Barat dan Aula Timur ITB Diusulkan Jadi Cagar Budaya Nasional, Punya Nilai Sejarah Besar

Ada beberapa hal menjadikan Aula Barat dan Aula Timur ITB diprioritaskan statusnya sebagai cagar budaya peringkat nasional

ISTIMEWA/ DOK. HUMAS ITB untuk TribunJabar.id
AULA ITB - Suasana Aula Barat ITB di Jalan Ganesa, Kota Bandung, Senin (13/10/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Aula Barat dan Aula Timur Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berada di Kampus Ganesha, Jalan Ganesa, Kota Bandung, resmi diusulkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional.

Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi ITB sekaligus Pengarah Museum ITB, Dr A Rikrik Kusmara, mengatakan, Tim Ahli Cagar Budaya Nasional bersama instansi terkait telah melakukan ekskursi ke Aula Barat dan Aula Timur ITB beberapa waktu lalu.

Menurut dia, sebelumnya, kedua gedung ikonik yang menjadi bagian awal berdirinya Technische Hoogeschool te Bandoeng (cikal bakal ITB) itu telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat.

Baca juga: Tangkuban Parahu: The Legend and the Beauty, Lukisan SBY yang Dihadirahkan ke ITB Selain Buku

"Pengusulan ke tingkat nasional dilakukan untuk memperkuat status keduanya sebagai warisan arsitektur dan sejarah penting bagi pendidikan tinggi di Indonesia," kata A Rikrik Kusmara dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/10/2025).

Ia mengatakan, langkah tersebut menjadi momentum penting bagi ITB, dan masyarakat Jawa Barat dalam menjaga serta melestarikan Aula Barat dan Aula Timur sebagai simbol sejarah, pendidikan, serta budaya bangsa.

Ada beberapa hal menjadikan Aula Barat dan Aula Timur ITB diprioritaskan statusnya sebagai cagar budaya peringkat nasional, di antaranya, nilai sejarah, karena menjadi bagian dari kampus teknik pertama pada masa Hindia Belanda.

Selain itu, nilai arsitekturalnya pun mengombinasikan desain modern Eropa dan tradisi lokal, menerapkan sistem ventilasi silang, desain atap yang adaptif terhadap iklim tropis, serta elemen estetika lokal.

"Dari segi fungsinya juga terus-menerus, karena kedua aula ini masih digunakan untuk kegiatan akademik, seminar, konferensi, aktivitas institusi ITB, dan lainnya," ujar A Rikrik Kusmara.

Baca juga: Seniman Isa Perkasa Akan Tampilkan ‘Kesurupan’ Kuda Lumping di Pasar Seni ITB, Ini Maknanya

Ia menyampaikan, Aula Barat dan Aula Timur ITB juga memiliki nilai budaya serta identitas Kota Bandung maupun Indonesia, karena menjadi landmark kampus serta bagian dari warisan budaya kota.

Sejarah Aula Barat dan Aula Timur ITB

Aula Barat dan Aula Timur ITB merupakan mahakarya dari Henry Maclaine Pont yang sangat terkemuka di Kota Bandung, karena memadukan kemajuan teknik konstruksi modern barat dan bahan serta nilai lokalitas.

Pont sangat mendalami dan banyak melakukan riset terkait arsitektur tradisional, dan menaruh perhatian yang besar terhadap iklim, material, cara membangun serta kondisi sosial budaya masyarakat.

Hal itu pun menginspirasinya hingga mampu menampilkan ekspresi bangunan yang sangat unik, fungsional, dan bercita rasa lokal yang sangat kuat pada bangunan Aula Barat dan Aula Timur ITB.

Bahkan, Aula Barat dan Aula Timur ITB yang dulu bernama Technische Hoogeschool (THS) merupakan fasilitas utama perkuliahan yang paling awal dibangun.

Rancangan arsitektur bangunan tersebut dibuat oleh Maclaine Pont di Utrecht, Belanda, pada 1918, dan proses pembangunannya berlangsung selama satu tahun.

Ia membuat rancangan Aula Barat dan Timur TH dengan konsep east meets west, sebagai sintesis dari arsitektur modern (Barat/Belanda) dengan arsitektur yang berakar di Hindia Belanda (Pribumi/Lokal Nusantara) 

Baca juga: Dosen Kimia ITB Sebut Tak Ada Masalah dalam Pencampuran Etanol di BBM, Emisi Lebih Bersih

Pont merancang keseluruhan lahan yang akan digunakan sebagai kampus THS tersebut, dan meletakkan beberapa bangunan berdasarkan konsep sumbu utara-selatan yang berorientasi ke arah Gunung Tangkuban Parahu. 

Posisi Aula Barat dan Aula Timur ITB berada di area depan, di samping kiri dan kanan gerbang masuk yang berfungsi sebagai gedung perkuliahan dilengkapi aula yang luas serta fleksibel.

Selain itu, langgam bangunan Aula Barat dan Aula Timur ITB juga dikenal dengan istilah arsitektur Indo Eropa (Indo-Europeesche) atau Indis Tropis (Tropische Indisch).

Keberhasilan Pont dalam memadukan tradisi Timur dan Barat dapat dirasakan pada seluruh bagian bangunan, baik dari segi eksterior maupun interior bangunan.

Bagian eksterior yang sangat menonjol ialah pada bagian atap yang memiliki bentuk menyerupai atap rumah tradisional suku Batak dan Minangkabau di Sumatra yang menggunakan material penutup atap berupa sirap.

Ada pula yang menyebutkan atap tersebut seperti rumah tradisional suku Sunda 'Capit Gunting', tetapi apabila diperhatikan secara seksama kemiripan itu tidak menghasilkan bentuk yang eklektik, karena justru menjadi bentuk yang baru dan khas. 

Baca juga: Memilukan! Pemulung Asal Tasikmalaya Ditemukan Tak Bernyawa di Taman ITB Jatinangor

Dinding luar bangunan terdiri atas susunan batu kali dan pasangan batu bata di atasnya, sedangkan bagian bawah dinding dapat ditemukan beberapa lubang udara, termasuk dinding bagian atas yang merupakan sistem ventilasi silang yang membuat udara di dalam ruangan dapat mengalir dan memberi penghawaan yang sejuk.

Selasar terbuka yang ditopang kolom-kolom besar dari batu kali, hadir di sekeliling bangunan yang berfungsi sebagai penghubung antar bangunan juga ruang transisi agar terik matahari tidak langsung masuk ke dalam bangunan.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved