Seniman Isa Perkasa Akan Tampilkan ‘Kesurupan’ Kuda Lumping di Pasar Seni ITB, Ini Maknanya

Isa Perkasa akan menghadirkan performance art dan instalasi pada Pasar Seni ITB 2025, 18–19 Oktober 2025 di Kampus ITB Ganesha, Bandung.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Giri
Tribun Jabar/Putri Puspita Nilawati
KONFERENSI PERS - Seniman Isa Perkasa (sedang berbicara) saat konferensi pers menjelang pelaksanaan Pasar Seni ITB 2025, 18–19 Oktober 2025, Selasa (7/10/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Seniman sekaligus alumnus Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1985, Isa Perkasa, akan menghadirkan performance art dan instalasi pada Pasar Seni ITB 2025. Acara itu bakal digelar pada 18–19 Oktober 2025 di Kampus ITB Ganesha, Bandung. 

Isa menyebut, karya yang ditampilkannya kali ini sebagai bentuk refleksi atas “kesurupan” sosial yang tengah melanda dunia modern.

“Temanya tentang situasi global dan teknologi yang makin sulit dikendalikan. Ada juga karya yang menyinggung hoaks politik dan fenomena kesurupan sosial yang sekarang sedang saya garap,” ujar Isa saat jumpa pers di Gedung IRO ITB, Jalan Ganesha No 17, Bandung, Selasa (7/10/2025).

Isa akan berkolaborasi dengan pemain kuda lumping asal Ujungberung dengan penampilan unik, berjas, dan berpeci, namun berperan sebagai sosok yang kesurupan. 

Baginya, simbol itu merupakan semiotika dari kondisi sosial dan politik Indonesia hari ini. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda dan makna.

Baca juga: Kata Dosen ITB: Etanol Dalam Bensin Bukan Masalah, Justru Bikin Pembakaran Jadi Sempurna

“Sekarang banyak sekali tragedi kesurupan di negeri ini, di politik, ekonomi, dan bahkan dalam keseharian kita. Saya ingin menggambarkan kegilaan itu lewat tubuh dan karya,” katanya.

Isa bukan nama baru di Pasar Seni ITB. Sejak pertama kali terlibat puluhan tahun lalu, ia selalu membawa karya yang eksperimental dan menantang batas kewajaran. 

“Saya sudah beberapa kali tampil di Pasar Seni. Sepanjang Jalan Ganesha penuh dengan performance art dan instalasi,” tuturnya.

Seniman yang dikenal dengan gaya eksentriknya ini juga mengenang beberapa penampilan gilanya di masa lalu. 

“Saya pernah melukis di atas kanvas pakai kaki di Jalan Ganesha. Pernah juga bawa tangga bambu dengan uang di atasnya, saya kejar-kejar sendiri. Sejak dulu, anak seni rupa itu dikenal dengan kegilaannya,” ucapnya.

Pasar Seni ITB sendiri dikenal sebagai satu di antara perhelatan seni paling bergengsi di Asia Tenggara, dan tahun ini hadir lagi setelah 11 tahun vakum. 

Baca juga: Gelaran Seni Terbesar di Asia Tenggara, Pasar Seni ITB Wujudkan Ruang Seni Inklusif dan Inovatif

Mengusung tema besar “Setakat Lekat” dan tagline “Laku Temu Laju”, festival ini mengajak publik untuk merefleksikan pertemuan antara dunia maya dan dunia nyata dalam praktik seni dan kehidupan.

Ketua Umum Pasar Seni ITB 2025, Zusfa Roihan, menyebut festival ini bukan sekadar pameran karya, melainkan ruang temu yang menyatukan kreativitas, teknologi, dan masyarakat. 

“Melalui tema ini, kami ingin menegaskan bahwa seni tidak bisa dipisahkan dari realitas digital yang membentuk keseharian kita hari ini,” ujarnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved