Soal Pembangunan BRT di Bandung Raya, Pengamat Sarankan Bikin 3 Jalur Seperti di Jakarta
Dalam pembangunan jalur BRT, pemerintah bisa belajar dari Jakarta yang saat itu sudah sukses membangun jalur bus way
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono memberikan masukan terkait rencana pembangunan jalur Bus Rapid Transit (BRT) yang akan dilaksanakan mulai Januari 2026.
BRT merupakan sistem transportasi massal berbasis bus yang dirancang untuk memberikan layanan cepat, nyaman, dan efisien dengan biaya lebih rendah dibandingkan kereta atau MRT. Tujuannya adalah memberikan mobilitas tinggi di perkotaan dengan waktu tempuh yang lebih singkat dan pelayanan yang lebih baik dibandingkan bus biasa.
Sony mengatakan, dalam pembangunan jalur BRT, pemerintah bisa belajar dari Jakarta yang saat itu sudah sukses membangun jalur bus way, sehingga hal ini tentunya bisa diterapkan di wilayah Bandung Raya.
"Jadi kalau kita belajar dari Jakarta waktu menerapkan bus way itu dilihat jalur jalannya yang kira-kira jumlah jalurnya minimal 3. Kalau kita lihat di Bandung yang minimal 3 itu hanya Jalan Lingkar Selatan," ujarnya saat dihubungi, Senin (28/10/2025).
Baca juga: Proyek Raksasa BRT Bandung Raya 21 Km Dimulai Januari 2026: Dari Padalarang ke Sumedang
Menurutnya, jalan lingkar selatan sangat ideal dibangun tiga jalur BRT karena tidak selalu ramai dan jalan tersebut juga mengkoneksikan Bandung bagian Selatan dan Utara, sehingga bagus sebagai tulang punggung transportasi.
"Kalau ke pusat kota harus diperhatikan juga kapasitas jalannya. Kalau pusat kita mungkin jalannya yang searah yang mungkin juga lajurnya tiga, mungkin bisa dipakai itu," katanya.
Sementara untuk antisipasi kemacetan, selama proses pembangunan jalur BRT, kata Sony, pemerintah daerah harus segera melakukan sosialisasi rute mana saja yang akan dibangun, lalu tahapannya seperti apa agar nanti masyarakat siap-siap.
"Tapi kalau nantinya hanya sekedar masang pembatas fisik harusnya gak terlalu lama. Tapi yang penting dikomunikasikan kepada masyarakat, jalur BRT dimana saja, mulai kapan, dan sampai kapan. Kemudian harus ada polisi yang membantu pengaturan arus lalu lintas," ucap Sony.
Di sisi lain, Sony mengingatkan, bahwa kemacetan di Kota Bandung itu karena mobil sudah terlalu banyak, sehingga BRT yang akan dibangun tidak akan banyak menolong, sehingga harus ada transportasi tambahan.
"Tetap saja harus dikombinasikan dengan rerouting angkot, diperkuat Trans Metro Jabar, Trans Metro Pasundan, Damri, diperbanyak angkutan umumnya," katanya.
Baca juga: Pembangunan Jalur BRT Bandung Raya Dimulai 2026, Pemerintah Siapkan Kompensasi untuk PKL
Atas hal tersebut, kata dia, masyarakat perlu paham bahwa BRT itu tidak mungkin bisa menghilangkan kemacetan karena yang bisa dilakukan atasi macet itu memberikan banyak alternatif masyarakat untuk bertransportasi.
"BRT itu harus dilihat sebagai salah satu alternatif transportasi buat masyarakat Kota Bandung dan jangan dilihat sebagai untuk menghilangkan kemacetan. Tujuan kita itu bukan menghilangkan tetapi memberikan alternatif lebih banyak transportasi buat masyarakat," ujar Sony.
| Menuju Kemandirian Energi Nuklir: ITB dan Thorcon Power Mulai Riset Fase II Molten Fuel Salt |
|
|---|
| Proyek Raksasa BRT Bandung Raya 21 Km Dimulai Januari 2026: Dari Padalarang ke Sumedang |
|
|---|
| Pembangunan Jalur BRT Bandung Raya Dimulai 2026, Pemerintah Siapkan Kompensasi untuk PKL |
|
|---|
| Dua Depo BRT Kota Bandung Segera Dibangun, Ribuan PKL di Sepanjang Jalur Siap-siap Terdampak |
|
|---|
| Warga Bandung Raya dan Jabar Diimbau Waspada Potensi Hujan dan Dampaknya Sepekan Ke Depan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Bus-Rapid-Transit-Metro-Trans-Jabar-di-halte.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.