Dosen Kimia ITB Sebut Tak Ada Masalah dalam Pencampuran Etanol di BBM, Emisi Lebih Bersih

Dosen Kelompok Keahlian (KK) Kimia Anorganik dan Fisik FMIPA ITB, Grandprix TM Kadja, memberikan tanggapan soal pencampuran etanol ke dalam BBM.

TRIBUNJABAR.ID/PUTRI PUSPITA
ETANOL PADA BBM - Foto arsip yang menggambarkan ilustrasi pengisian bahan bakar minyak. Dosen Kelompok Keahlian (KK) Kimia Anorganik dan Fisik FMIPA ITB, Grandprix TM Kadja, mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam pencampuran etanol di BBM.    

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dosen Kelompok Keahlian (KK) Kimia Anorganik dan Fisik FMIPA ITB, Grandprix TM Kadja, memberikan tanggapan soal pencampuran etanol ke dalam bakar minyak (BBM).

Kadja mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam pencampuran etanol di BBM.   

Menurutnya, bahan bakar yang diberikan campuran etanol merupakan commonpractice di berbagai negara, dan jumlahnya ada yang mencapai 10 persen atau E10, 20 persen atau E20, serta lainnya.

Karenanya, menurut dia, secara substansi kehadiran etanol dalam bensin atau bahan bakar tidak ada masalah sepanjang besaran atau persentasenya sesuai aturan-aturan yang berlaku.

"Secara substansi tidak ada masalah terkait kehadiran etanol dalam bensin, tetapi tentunya mengikuti spesifikasi-spesifikasi sesuai aturan yang berlaku," ujar Grandprix TM Kadja saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, Rabu (7/10/2025).

Kadja mengatakan bahwa salah satu alasan etanol ditambahkan adalah karena memiliki bilangan oktan cukup tinggi yang mencapai 108 dan mengandung oksigen. Hal ini membuat proses pembakaran menjadi lebih sempurna.

Baca juga: Arab Saudi Panik, Herve Renard Mendadak Panggil Rekan Cristiano Ronaldo Hadapi Timnas Indonesia

Baca juga: Sosok Andalan Persib yang Masih Seret Konon Tak akan Dilepas Pangeran Biru, Bobotoh Setuju?

Dampak penambahan etanol, misalnya, pada Pertamax yang memiliki RON 92 akan meningkatkan bilangan oktannya dan nilai RON yang semakin tinggi pada BBM, bakal mengurangi risiko ketukan pada mesin.

Selain itu, bensin pada umumnya berbasis hidrokarbon yang terdiri dari atom karbon dan atom hidrogen, kemudian ketika dicampur etanol yang mengandung oksiken akan membuat pembakaran lebih sempurna.

"Sisi positifinya jika ada kandungan oksigen maka proses pembakarannya bisa lebih sempurna, dan emisi karbondioksidanya lebih sedikit dibandingkan bensin yang hanya mengandung hidrokarbon," kata Grandprix TM Kadja.

Namun, ia mengakui jika terdapat kandungan oksigen yang disebut sebagai oksigenat seperti etanol dalam BBM, maka nilai kalor atau energinya cenderung menjadi lebih rendah.

Nilai energi bensin pada umumnya, yang hanya mengandung hidrokarbon, kira-kira mencapai 32 megajoule per liter, sedangkan nilai kalor pada etanol lebih rendah sedikit, yakni mencapai 21 megajoule perliter.

"Nilai kalor hidrokarbon dan etanol memang berbeda, (etanol) lebih rendah sedikit, karena sudah ada oksigennya, sehingga sudah teroksidasi parsial, kan, pembakaran itu reaksi oksidasi sebenarnya dari hidrokarbon menjadi CO⊃2; dan H⊃2;O," ujar Kadja.

Kadja mengakui secara emisi etanol murni lebih bersih meski nilai kalor perliternya lebih kecil dibanding hidrokabron, sehingga apabila bensin dicampur etanol akan sedikit menurun dari segi nilai energinya, tetapi meningkatkan nilai RON.

Seperti campuran 3,5 persen etanol pada BBM yang diimpor Pertamina beberapa waktu lalu, dan diperkirakan bakal meningkatkan nilai RON hingga mencapai empat poin.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved