Anemia Intai Remaja Bandung, Dinkes Sebut Kebiasaan Makan Aci Sebabkan Kekurangan Gizi Mikro

Dokter Dewi menceritakan pengalaman timnya saat melakukan kunjungan rumah. 

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Putri Puspita
JAJANAN BASO ACI - Proses pembuatan baso aci. dr. Dewi mengingatkan bahwa Indonesia masih menghadapi triple burden malnutrition, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan kekurangan gizi mikro. 

Ia menegaskan, anemia bukan hanya membuat tubuh cepat lelah, tetapi berdampak jangka panjang pada fungsi organ, daya konsentrasi, hingga risiko komplikasi pada kehamilan.

“Sekarang mungkin belum terasa karena masih usia 20-an. Tapi di usia 30–40, dampaknya mulai banyak muncul,” tambahnya.

dr. Dewi mengatakan bahwa Pemerintah Kota Bandung sebenarnya telah memiliki kebijakan jelas mengenai pola hidup sehat. 

Salah satunya melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang tertuang dalam Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 6 Tahun 2025.

Germas mencakup kebiasaan makan sehat, aktivitas fisik, hingga menghindari rokok. Meski regulasi sudah kuat, tantangan terbesar tetap pada perubahan perilaku masyarakat.

“Kita bisa awasi fasilitasnya. Tapi mengawasi perilaku itu yang paling sulit,” katanya.

Menurut dr. Dewi, perubahan perilaku membutuhkan upaya yang lebih humanis dan kreatif. 

Ia berharap ada inovasi dari akademisi dan peneliti untuk mendorong masyarakat beralih menuju gaya hidup sehat atas kesadaran sendiri.

“Kita perlu gebrakan baru bagaimana membuat orang mudah berubah tanpa dipaksa. Saat pandemi orang dipaksa berubah, sekarang tantangannya berbeda,” ucapnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved