70 Persen Perempuan di Jabar Alami Anemia, BKKBN Ungkap Penyebabnya

BKKBN Provinsi Jawa Barat menilai kasus anemia pada perempuan hingga saat ini masih menjadi perhatian serius.

Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
ANEMIA- Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Kukuh Dwi Setiawan saat memberikan keterangan di Kiara Artha Park, Sabtu (15/11/2025). BKKBN mencatat 70 persen wanita di Jabar anemia. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat, menilai kasus anemia pada perempuan hingga saat ini masih harus menjadi perhatian serius.

Seperti diketahui, anemia merupakan suatu kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin (Hb) yang rendah, sehingga tubuh tidak dapat mengantarkan oksigen yang cukup ke seluruh jaringan tubuh.

Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Kukuh Dwi Setiawan mengatakan, sekitar 70 persen dari total kasus anemia perempuan Indonesia ada di Jawa Barat karena banyak industri dan pendatang yang membuat populasinya sangat besar.

"Untuk penyebab anemia itu dipengaruhi pola hidup, istirahat kurang, makan makanan cepat saji yang tidak jelas nutrisinya, dan masyarakat mulai kehilangan pengetahuan tentang makanan bergizi," ujarnya saat ditemui di Kiara Artha Park, Sabtu (15/11/2025).

Baca juga: Ruben Onsu Pertanyakan Motif Sarwendah Gelar Jumpa Pers Dalam Insiden Debt Collector

Dia mengatakan, anemia banyak dialami oleh remaja dan  ibu rumah tangga, sehingga kondisi ini harus dicegah karena berdampak pada produktivitas dan menjadi gerbang awal masalah tumbuh kembang janin akibat kondisi ibu yang tidak sehat.

"Pencegahan itu dimulai dari remaja, jadi harus minum tablet tambah darah, memperhatikan asupan nutrisi, dan minimal melakukan skrining seperti pemeriksaan lingkar lengan," kata Kukuh.

Menurutnya, kunci pencegahan anemia memang ada di remaja perempuan, sehingga mereka didorong untuk terus menerapkan pola hidup sehat, seperti nutrisinya terpenuhi, dan kecukupan kalsium harus tercapai.

"Itu modal bagus untuk kehamilan yang sehat. Selain itu, kalau bisa, jangan terlalu dini menikah. Undang-undang menetapkan 19 tahun, tapi idealnya 20–21 tahun untuk perempuan," ucapnya.

Baca juga: Pangandaran Dalam Status Waspada Cuaca Ekstrem, Asita Siapkan Rencana Destinasi Wisata Lain

Kepala Bidang Kesejahteraan dan Keluarga, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Endah Komalasari mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan layanan melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) dan Bina Keluarga Remaja (BKR).

"Ibu-ibu yang dikunjungi dibekali edukasi oleh tim yang terdiri dari dokter anak, dokter kandungan, ahli gizi, psikolog, dan kader kesehatan. Harapannya, pengetahuan mereka bisa menyebar ke masyarakat," kata Endah.

Untuk mencegah anemia pada perempuan terutama yang sedang hamil, pemerintah juga bekerjasama dengan pihak swasta mengadakan kegiatan Kawal Bumil Fest agar ke depan mereka memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan.

Promotion Manager Kalbe Blackmores Nutrition, Priyo Setyanto, mengatakan, perhatian terhadap kesehatan perempuan terutama ibu hamil di Indonesia masih perlu ditingkatkan, sehingga pihaknya bekerja sama dengan BKKBN.

"Karena itu, kami bekerjasama dengan BKKBN sebagai bagian dari komitmen kami untuk mendukung penurunan kasus anemia, angka kematian ibu, kematian bayi, dan stunting," ujar Priyo. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved