Kontroversi Gerbang Baru Gedung Sate: Ornamen Candi Sudah Jadi Ikon Gedung Sate Sejak Awal Dibangun
Gerbang baru Gedung Sate hanya perwujudan bentuk tiga dimensi dari ornamen candi yang sudah bertengger di fasad Gedung Sate lebih dari 1 abad lalu.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Renovasi gerbang dan pagar Gedung Sate, yang kini menampilkan dominasi gaya Candi Bentar, menjadi buah bibir di media sosial.
Banyak warganet yang menganggap desain gapura baru ini tidak nyambung dengan wajah ikonik Gedung Sate yang identik dengan arsitektur kolonial.
Namun, di balik kegaduhan tersebut, ternyata banyak yang belum menyadari bahwa elemen arsitektur bercorak Nusantara yang memiliki kemiripan dengan ornamen candi ini sejatinya sudah tertanam kuat dalam DNA bangunan bersejarah tersebut sejak awal dibangun lebuh dari 100 tahun lalu.
Gedung Sate karya arsitek J Gerber, memang dikenal sebagai perpaduan apik antara gaya Eropa (Neoklasik dan Art Deco) dengan sentuhan lokal. Publik umumnya hanya mengingat menara puncaknya yang ikonik dengan ornamen tusuk sate.
Padahal, Gerber secara cerdik telah memasukkan unsur-unsur Nusantara sebagai bagian integral dari desain fasad utamanya, sebuah bentuk candi pada gerbang dan jendela di fasad utama serta dinding dasar sekeliling Gedung Sate.
Hal ini dikemukakan dalam berbagai artikel di Museum Gedung Sate. Dinyatakan bahwa Gedung Sate memang mengambil arsitektur bergaya candi untuk beberapa bagian bangunannya, seperti bagian bawah dinding lantai utama, gerbang, bahkan ikon candi pada fasad atau depan bangunannya.
Tepat di atas pintu masuk utama Gedung Sate, terdapat ukiran batu yang kaya detail. Ornamen ini secara eksplisit merujuk pada bentuk relief dan ukiran tradisional yang sering ditemukan pada arsitektur candi-candi Hindu-Buddha di Jawa, seperti Borobudur atau Prambanan.
Bentuk atap menara sentral Gedung Sate yang berundak atau bersusun juga diyakini terinspirasi dari bentuk atap tradisional Asia Tenggara, mirip dengan Meru di Bali atau atap rumah ibadah kuno di Tanah Priangan (Bale Nyungcung), yang kemudian diadopsi oleh berbagai bangunan masjid.
Jika dibandingkan antara ornamen candi di fasad bangunan utama Gedung Sate dan gerbang yang baru dibangun di era Gubernur Jabar Dedi Mulyadi ini, keduanya memiliki kemiripan.
Pada fasad utama, ornamen berwarna batu ini memiliki atap tujuh tingkat dan sebuah mahkota berlapis tiga. Hal ini sama dengan gerbang yang baru dibangun yang juga puncaknya memiliki tujuh tingkat atap ditambah tiga susun mahkota.
Dengan kata lain, gerbang baru Gedung Sate ini hanya perwujudan bentuk tiga dimensi dari ornamen candi yang sudah bertengger di fasad Gedung Sate lebih dari 1 abad lalu.
Oleh karena itu, ketika Pemerintah Provinsi Jawa Barat memutuskan menggunakan gaya Candi Bentar sebagai desain pagar atau gapura pintu masuk yang baru, tujuannya adalah untuk memperkuat kembali identitas Nusantara yang sesungguhnya sudah ada di bangunan utama Gedung Sate.
Pagar baru tersebut bukan mengarang elemen baru, melainkan menegaskan representasi visual kekhasan arsitektur lokal yang telah diharmonisasikan oleh Gerber sejak tahun 1920-an.
Kontroversi yang muncul di media sosial hanyalah cerminan dari kurangnya pemahaman publik terhadap detail arsitektur Gedung Sate yang sangat kaya dan sarat makna.
Dengan adanya renovasi ini, diharapkan masyarakat semakin tertarik untuk menggali lebih dalam warisan budaya dan arsitektur yang dimiliki Gedung Sate sendiri.
| Transformasi Gedung Sate: Pagar Diubah Mirip Keraton Cirebon, Kental Sentuhan Budaya Sunda |
|
|---|
| Battle of the Midfielders: Preview Persib vs Dewa United Nanti Malam |
|
|---|
| Pandangan Ketua DPRD Kota Bandung Soal Job Fair yang Disiapkan 10.278 Loker |
|
|---|
| GoTo dan Pemkot Bandung Perkuat Kolaborasi Transformasi Digital Demi Pelayanan Publik Lebih Baik |
|
|---|
| 180 Ton Sampah di TPS Ence Azis Bandung Akhirnya Diangkut Setelah Menumpuk 2 Bulan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Gerbang-baru-Gedung-Sate-yang-bernuan.jpg)