Pendidikan Karakter Pancawaluya di SLB Jabar Hadapi Tantangan Keragaman Siswa

Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat berencana menerapkan program pendidikan karater Pancawaluya di SMA, SMK, dan SLB mulai tahun depan.

Disdik Jabar
Sejumlah pelatih SLB saat mengikuti Training of Trainers Jenjang SLB di Eco Camp Bandung, Jumat (21/11/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat berencana menerapkan program pendidikan karater Pancawaluya di SMA, SMK, dan SLB mulai tahun depan.

Namun, penerapan program tersebut di lingkungan SLB diprediksi bakal menghadapi tantangan tersendiri, karena karakter siswanya cenderung lebih beragam.

Karenanya, Disdik Provinsi Jawa Barat menggandeng Self Learning Institute untuk membekali puluhan pelatih SLB se-Jawa Barat agar lebih siap menghadapi tantangan semacam itu.

Kepala Disdik Provinsi Jawa Barat, Purwanto, mengatakan, kegiatan bertajuk Training of Trainers Jenjang SLB itu untuk memperkuat pendidikan inklusif yang berkualitas bagi seluruh peserta didik berkebutuhan khusus. 

"Program ini dirancang untuk membentuk pribadi yang mandiri, mampu menyesuaikan diri, meregulasi perilaku dan memiliki keterampilan relevan sesuai kekhususan masing-masing," kata Purwanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/11/2025).

Ia mengatakan, sebanyak 40 pelatih SLB di Jawa Barat itu pun bakal mengikuti serangkaian in house training di satuan pendidikan SLB masing-masing yang dijadwalkan berlangsung hingga akhir tahun ini. 

Menurut dia, program itu merupakan upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dalam menghadirkan pendidikan karakter Pancawaluya sebagai standar karakter, moral, perilaku, dan kompetensi belajar di Jawa Barat.

Sementara Direktur Self Learning Institute, M Irvan Efrizal, menyampaikan, penerapan pendidikan karakter Pancawaluya akan di SLB memiliki tantangan tersendiri, karena karakteristik siswa yang beragam. 

Pasalnya, SLB memiliki jenjang dari TK hingga SMA, dan latar belakang keterbatasan yang berbeda-beda, sehingga pelatih harus mampu merelevansikan Pancawaluya dalam strategi pembelajaran.

"Terutama melalui pemahaman potensi, asesmen kepribadian, dan karakteristik setiap peserta didik di SLB yang kemungkinannya akan berbeda-beda setiap siswanya," ujar M Irvan Efrizal.

Koordinator Pengawas SLB Jawa Barat, Deded Koswara, mengatakan, pendidikan karakter Pancawaluya memberikan peluang besar bagi peningkatan kemandirian peserta didik berkebutuhan khusus.

Hal itu dikarenakan pendampingan di SLB berlangsung sejak prasekolah sampai menengah, sehingga penerapan Pancawaluya bisa berjalan berkesinambungan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan.

Selain itu, pendekatan pendidikan di SLB memiliki perbedaan mendasar dibandingkan sekolah umum, karena pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivisme.

Karenanya, setiap pengetahuan tidak hanya diberikan kepada para siswa, tetapi turut dibangun melalui pengalaman dan situasi nyata di lingkungan sekitarnya. 

"Makanya, Pancawaluya tidak hanya menjadi materi pengetahuan, tetapi menjadi praktik kehidupan sehari-hari yang mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masyarakat," kata Deded Koswara.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved