Java Halu Coffee, Produk Kopi Hasil Usaha Rani Mayasari yang Mendunia Berkat Digitalisasi

Rani Mayasari bersama kelompok taninya berhasil kembangkan usaha kopi hingga mampu mendistribusikannya secara B to B maupun end user.

@javahalucoffeefarm
DIGITAL - Sejumlah produk kopi Java Halu Coffee yang mampu mendunia berkat upaya pemasaran melalui berbagai kanal, salah satunya memanfaatkan sarana digital. 

Rani mengaku dengan kelompok tani yang sudah paham dengan digitalisasi, maka kini proses produksi kopi punjauh lebih mudah dilakukan dari mulai produksi awal hingga akhir atau sampai ke tangan konsumen.

Tak heran dengan kemampuan Rani mendigitalisasi pemasaran produk dan jaringan penjualannya, ia mampu mengekspor produknya ke luar negeri dan juga mengisi kebutuhan dalam negeri.

"Pasar produk Java Halu Coffee 90 persen luar negeri dan 10 persen dalam negeri," ujar Rani.

Karena keberhasilannya dalam memproduksi kopi, tempat produksi Java Halu Coffee di Gunung Halu kini sering didatangi jaringan digital Rani yang terhubung melalui akses pesan instan, marketplace, maupun medsos. 

Bahkan tak sedikit sisatawan pecinta kopi sengaja menggelar boot camp demi melihat produksi kopi Rani dari awal hingga proses akhir menjadi kopi yang bisa dinikmati. (*)

Dorong Literasi Digital

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi, mengatakan bahwa bagi pelaku usaha, digitalisasi ini mutlak diperlukan untuk memperluas jangkauan usahanya.

Dengan media digital, orang dari seluruh penjuru dunia bisa bertransaksi dengan mudah tanpa harus bertemu, tanpa harus datang ke tempat penjual, hingga pengiriman yang dipermudah melalui hadirnya logistik.

Terlebih lagi, kata Acu, bagi pelaku usaha yang membutuhkan jalur distribusi singkat dari hulu ke hilir. Sebab, melalui proses digital, maka proses distribusi hulu ke hilir bisa dilakukan secara langsung antara produsen dan konsumen tanpa melalui perantara atau agen. 

"Tentunya akan lebih meminimalisir biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen dan bisa menghemat pengeluaran bagi konsumen," katanya.

Namun demikian, Acuviarta menyebutkan bahwa pengguna digital pelaku usaha, khususnya UMKM di Tanah Air, masih relatif kecil yaitu baru mencapai 30 persen.

Literasi digital, menurut Acuviarta, menjadi salah satu langkah yang perlu dilakukan pemerintah dan pihak terkait dimana edukasi yang dilakukan tidak hanya menyasar produsen atau pelaku usaha, namun juga masyarakat itu sendiri sebagai konsumen. 

"Karena itu saya sangat berharap pemerintah dan pihak terkait terus mendorong literasi kepada para pelaku usaha dan masyarakat tentang digital," katanya. (*)

 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved