Oleh Hermawan Aksan
DI tembok yang mengelilingi sebuah lahan terbuka di dekat kampung saya di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, ada tulisan dengan huruf besar mencolok.
Di tembok kiri pintu masuk tertulis “Aing Persib” dengan ilustrasi pemain sepak bola berseragam biru Maung Bandung.
Di sebelah kanan, tertulis “Aing Persija” dengan ilustrasi pemain sepak bola berseragam oranye Persija.
Baca juga: Coffee Break Tribun Jabar Minggu Ini: Serigala Penyendiri Bernama Zakiah Aini
Baca juga: Coffee Break Tribun Jabar Minggu Ini: Lawan Terus Rasialisme
Apakah itu menunjukkan permusuhan?
Mungkin ada persaingan, tetapi saya justru melihat semacam keakraban.
Sesama “aing”, tapi kedua tulisan dan gambar itu tidak memperlihatkan perseteruan.
Di wilayah Kabupaten Brebes selatan-barat memang terdapat tiga kecamatan yang penduduknya berbahasa Sunda.
Meskipun bahasa Sundanya berbeda dengan bahasa Sunda Priangan, mereka merasa diri sebagai orang Sunda, akrab dengan budaya Sunda macam wayang golek, calung, dan jaipongan.
Karena itu, wajar jika masyarakat di sana banyak yang menjadi penggemar Persib Bandung sejak lama.
Mereka sudah akrab dengan nama-nama pemain seperti Ajat Sudrajat, Robby Darwis, dan Djadjang Nurdjaman.
Akan halnya penggemar Persija, saya menduga mereka muncul belakangan.
Saya pun menduga tulisan itu dibuat oleh (para) perantau yang mencari nafkah di Jakarta atau daerah sekitar seperti Bekasi dan Tangerang.
Di daerah sekitar DKI itu saya sering melihat tulisan yang menunjukkan dukungan kepada tim Macan Kemayoran.
Baca juga: Wakil Wali Kota Bandung Minta Mills Sponsori Persib Bandung
Baca juga: Persib Bandung Akan Tetap Terapkan Rotasi Pemain Lawan Persebaya, Kali Ini Ferdinand Sinaga Starter?
Jadi, ketika masih terjadi persaingan sengit yang menjurus permusuhan antara Persib dan Persija di daerah asalnya, tulisan di tembok itu justru menunjukkan persaingan tapi juga pertemanan.