Mengedepankan Ihsan

Sekurang-kurangnya sebelas kali Allah menggunakan kata “ihsan” dalam Al Qur’an untuk menyebut perbuatan yang baik.

Editor: Siti Fatimah
Dok.Pribadi/Twitter
MIFTAH FARIDL - Ketua MUI Kota Bandung, Prof Dr KH Miftah Faridl 

Semuanya merupakan implementasi pengabdian hanya  kepada-Nya untuk mewujudkan kebaikan. 

Kita tidak cukup hanya menjadi seorang pemeluk agama. Beragama saja tidak  cukup. Beragama (Islam) itu harus pula diikuti oleh sikap ihsan.

Demikianlah, Allah  menjelaskan bahwa: ”(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri  (ber-Islam) kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan (ber-ihsan), maka baginya  pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak  (pula) mereka bersedih hati” (QS, 2: 112). 

Dalam kerangka inilah, kerja-kerja kemanusiaan, termasuk usaha mencari  nafkah seperti petani berladang di sawah, pedagang pergi ke pasar, karyawan bekerja  di kantor, guru mengajar di sekolah, atau pemerintah melayani rakyatnya, dapat dinilai  sebagai perbuatan ibadah.

Ibadah menjadi demikian luas maknanya dan demikian  banyak bentuknya. Karena itu, bukan sesuatu yang menyulitkan bila tugas manusia  memang hanya untuk beribadah, yaitu ibadah dalam cakupan makna yang sangat luas  seperti terungkap di atas. 

Dengan demikian, ihsan merambah segala ikhtiar yang mencakup seluruh  dimensi kehidupan, baik dimensi ritual maupun dimensi sosial. Ihsan harus hadir dalam  setiap tindakan.

Dalam shalat, misalnya, ihsan akan meluruskan motivasi dan  kekhusukan; dalam zakat, ihsan akan menjadi identitas pengabdian terhadap sesama  manusia untuk tulus menolong kaum yang lemah, menjalin ukhuwah, sekaligus  membangun solidaritas dengan sesama.

Demikian pula dalam menjalankan roda  kekuasaan, ihsan sejatinya tetap hadir sebagai kekuatan moral yang dapat  menggerakkan seluruh potensi spiritual manusia untuk berbuat hanya karena Allah,  bukan karena alasan popularitas, ataupun alasan pragmatisme lainnya. 

Demikian pula sebaliknya, dimensi sosial selalu menyertai ihsan karena pada  gilirannya ia akan melibatkan proses hubungan antar sesama manusia sebagai makhluk  sosial yang satu sama lain saling membutuhkan.

Jadi, dalam hubungan seperti itulah,  ihsan akan terlibat bersama-sama dengan iman dan Islam yang telah menjadi keyakinan para pelakunya.

Di sinilah ihsan menjadi potret sempurnanya akhlak. Yaitu kebajikan  yang telah mentradisi dalam setiap perilaku, memberikan nuansa moral dalam setiap  amal, dan menjadi alat kontrol dalam setiap pengambilan keputusan. 

Tidak ada ruang sedikitpun dalam beramal untuk memanjakan apapun selain  Tuhan. Dalam proses kekuasaan, rakyat hanyalah jembatan yang menghubungkan  penguasa dengan Tuhannya.

Kekuasaan yang sifatnya sangat sementara juga tidak  lebih dari sekedar fasilitas pengabdian hanya kepada-Nya, bukan untuk mendapatkan  penghargaan ataupun pujian dari rakyatnya, dan bukan pula untuk kepentingan  pencitraan di hadapan masyarakatnya. 

Ihsan akan membimbing kita untuk memperoleh kesempurnaan citra di  hadapan Tuhan.

Karena itu, berbuatlah dengan tulus, hindari motif-motif pragmatisme  yang hanya akan mengorbankan kepentingan orang banyak.

Berihsanlah dalam segala  bentuk perbuatan, termasuk dalam menjalankan roda kekuasaan.

 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Mengedepankan Ihsan

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved