HUT ke-80 RI dan Presiden ke-08 RI: Sebuah Pertemuan Simbolis yang Sarat Makna

Tahun ini istimewa, Bangsa ini merayakan 80 tahun kemerdekaan sekaligus memasuki masa kepemimpinan Presiden ke-8 Republik Indonesia. 

dokumen pribadi
Kolonel Tek. Dr. Ir. Hikmat Zakky Almubaroq, S.Pd., M.Si., CIQaR., CIQnR., MCF, Kaprodi S2 Manajemen Pertahanan Unhan RI 

Oleh: Kolonel Tek. Dr. Ir. Hikmat Zakky Almubaroq, S.Pd., M.Si., CIQaR., CIQnR., MCF.
Kaprodi S2 Manajemen Pertahanan Unhan RI

TRIBUNJABAR.ID - Tahun 2025 adalah tahun istimewa bagi Republik Indonesia. Bangsa ini merayakan 80 tahun kemerdekaan sekaligus memasuki masa kepemimpinan Presiden ke-8 Republik Indonesia. 

Bagi sebagian orang, kesamaan angka ini mungkin dianggap kebetulan semata. Namun, bagi yang membaca tanda zaman dengan kacamata sejarah dan geopolitik, ini adalah pertemuan simbolis yang sarat makna, sebuah momentum yang harus direspons dengan visi jangka panjang.

Makna Filosofis Angka 80 dan 08

Dalam numerologi dan simbolisme, angka 8 sering diidentikkan dengan keberlanjutan dan tak terbatas (infinity). Ketika angka tersebut hadir dua kali, kemerdekaan  yang ke-80 RI dan presiden yang ke-08 RI, ia menjadi metafora tentang kesinambungan sejarah dan regenerasi kepemimpinan. 

Delapan dekade kemerdekaan adalah fase kematangan bangsa, sedangkan presiden ke-08 adalah figur yang memikul tanggung jawab untuk membawa bangsa ini menuju lompatan besar (quantum leap) menuju visi 2045.

Konteks Geopolitik dan Ekonomi

Momentum ini hadir di tengah dinamika global yang cepat berubah. Menurut laporan IMF World Economic Outlook 2024, ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen, sementara kawasan Asia tumbuh lebih tinggi di kisaran 5,0%, dan Indonesia berada di posisi strategis sebagai negara dengan PDB nominal lebih dari USD 1,5 triliun (BPS, 2024). 

Dalam kacamata geopolitik, Indonesia menjadi salah satu negara kunci di Indo-Pasifik yang sedang diperebutkan pengaruhnya oleh kekuatan besar.

Di dalam negeri, bonus demografi Indonesia yang diproyeksikan mencapai puncaknya pada 2030–2035 (Bappenas, 2023) menjadi peluang emas untuk meningkatkan produktivitas nasional. 

Namun, data BPS menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja terdidik masih di bawah potensi optimal. Artinya, presiden ke-8 harus mampu memimpin orkestrasi kebijakan lintas sektor; pendidikan, industri, teknologi, dan pertahanan, agar momentum ini tidak hilang.

Delapan Presiden, Satu Benang Merah

Sejak 1945, Indonesia dipimpin oleh tujuh Presiden dengan gaya dan prioritas yang berbeda. Dari era konsolidasi kemerdekaan, pembangunan infrastruktur, reformasi politik, hingga transformasi digital, masing-masing memberi kontribusi pada “peta jalan” bangsa.

Presiden ke-08 memulai tugasnya pada usia bangsa yang ke-80, posisi unik untuk:

  • Menutup satu siklus sejarah yang penuh ujian politik, ekonomi, dan sosial.
  • Merumuskan visi baru yang berorientasi pada 100 tahun Indonesia merdeka (2045).
  • Mengintegrasikan kekuatan lama dan baru, termasuk memanfaatkan teknologi, memperkuat ketahanan nasional, dan memastikan pemerataan pembangunan.

Agenda Strategis untuk 2045

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved