Pemerintahan Suriah Jatuh di Tangan Pemberontak, Negara Baru Dipimpin HTS Picu Kekhawatiran Regional

Konflik di Suriah akhirnya berujung dengan jatuhnya Presiden Bashar al-Assad sejak Damaskus di tangan pemberontak, Minggu (8/12/2024).

OMAR HAJ KADOUR / AFP
Satu keluarga Suriah difoto sambil kibarkan bendera revolusi di luar benteng bersejarah Aleppo pada tanggal 5 Desember 2024, saat pasukan antipemerintah, yang dipimpin oleh kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS), merebut kota Hama di wilayah tengah Suriah, beberapa hari setelah merebut pusat komersial negara itu. 

TRIBUNJABAR.ID - Konflik di Suriah akhirnya berujung dengan jatuhnya Presiden Bashar al-Assad sejak Damaskus di tangan pemberontak, Minggu (8/12/2024).

Diketahui rezim Presiden Bashar al-Assad memimpin Suriah dengan tangan besi keluarganya setelah lebih dari 13 tahun perang saudara dalam sebuah momen yang menggemparkan di Timur Tengah.

Tergulingnya pemerintahan Bashar al-Assad di tangan para pemberontak juga memberikan pukulan besar terhadap pengaruh Rusia dan Iran di wilayah tersebut.

Diketahui, Rusia dan Iran merupaka sekutu utama yang mendukung Assad pada saat-saat kritis dalam konflik tersebut.

Baca juga: Analisa Sujana di Laga Persib vs PSS Sleman: Maung Bisa Manfaatkan Pengalaman ACL 2 Raih 3 Poin

Tak heran jika Kedutaan Besar Iran juga diserbu oleh pemberontak Suriah setelah mereka merebut Damaskus.

Komando militer Suriah memberi tahu para perwira bahwa pemerintahan Assad telah berakhir. Namun tentara Suriah kemudian mengatakan pihaknya terus melanjutkan operasi melawan kelompok teroris di kota-kota utama Hama dan Homs serta di pedesaan Deraa.

"Assad yang telah menghancurkan segala bentuk perbedaan pendapat, terbang keluar dari Damaskus ke tujuan yang tidak diketahui pada Minggu pagi," kata dua perwira senior militer kepada Reuters, ketika pemberontak mengatakan mereka memasuki ibu kota tanpa tanda-tanda pengerahan tentara.

Sementara para pemberontak merayakan tergulingnya rezim Assad.

“Kami bersama rakyat Suriah merayakan berita pembebasan tahanan kami dan melepaskan belenggu mereka serta mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata pemberontak, merujuk pada sebuah penjara besar di pinggiran Damaskus tempat pemerintah Suriah menahan diri.

Baca juga: KPU Jabar Sebut Dinamika Daftar Pemilih Tetap Merupakan Hal Biasa, Hedi Ardia: Itu Bersifat Teknis

Koalisi pemberontak Suriah mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka terus berupaya untuk menyelesaikan pengalihan kekuasaan di Suriah kepada badan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh.

“Revolusi besar Suriah telah beralih dari tahap perjuangan menggulingkan rezim Assad ke perjuangan membangun Suriah bersama yang sesuai dengan pengorbanan rakyatnya,” tambahnya dalam sebuah pernyataan.

Ribuan orang yang mengendarai mobil dan berjalan kaki berkumpul di alun-alun utama di Damaskus sambil melambaikan tangan dan meneriakkan “Kebebasan” dari setengah abad pemerintahan keluarga Assad.

Keruntuhan tersebut menyusul pergeseran keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah setelah banyak pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, yang merupakan tulang punggung pasukan Assad dibunuh oleh Israel selama dua bulan terakhir. Rusia, sekutu penting Assad lainnya, fokus pada perang di Ukraina.

Pemerintah Baru Islam Sunni Hayat Tahrir al-Sham (HTS) 

Apa yang terjadi di Suriah mengejutkan negara-negara Arab dan menimbulkan kekhawatiran akan gelombang baru ketidakstabilan regional terutama di Timur Tengah.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved