Jamaah Islamiyah Bubar

Eks Tokoh Jamaah Islamiyah Ungkap Aksi Teror Bom sampai Pembubaran Jaringan Internasional 

Kontroversi JI mencuat lantaran serentetan serangan teror di Indonesia dan luar negeri.

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Tribun Jabar/Nappisah
Abu Dujana (kiri) dan Zarkasih dua mantan petinggi JI saat diwawancarai di satu Hotel di Bandung, Sabtu (27/7/2024). 

Zarkasih menjelaskan, bukan waktu yang singkat untuk JI kembali kepada NKRI. Kelompok yang berdiri sejak tahun 1994 ini memiliki jejaring di Asia Tenggara. 

“Dinamikanya 31 tahun, tidak dipungkiri sejak awal JI itu tingkatnya sudah Internasional," kata dia. 

Mulanya, secara kewilayahan dibagi menjadi tiga bagian dan berkembang jadi empat bagian, diantaranya;

Mantiqi Ula (I) wilayah pendukung ekonomi berada di Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat) dan Singapura dikarenakan wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang sangat baik dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.

Mantiqi Tsani (II), wilayah garap utama terdiri atas pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Dimana wilayah ini berpotensi sebagai Daulah Islam (kekuasaan atau pemerintahan Islam). Wilayah garap utama ini berada di Indonesia karena mereka pernah menginginkan berdirinya Negara Islam Indonesia.  

Mantiqi Tsalis (III), wilayah pendukung kegiatan militer meliputi Sabah Malaysia, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Mindanao Filipina Selatan. 

Kemudian Mantiqi (IV) berada di wilayah Australia.  

Meski memiliki wilayah dengan peran-peran yang berbeda, pasca dia dilantik jadi Amir banyak wilayah yang sudah tidak berfungsi karena penetrasi Densus 88 semakin ketat.

“Memang sejak awal anggota JI bukan hanya di Indonesia tapi ada yang di luar negeri. Mengenai pembubaran JI ini mereka berhak mendengarnya, kalau bisa kita jangkau ya kita jangkau,” jelasnya. 

Kendati demikian, suasana geopolitik di luar negeri menjadi keterbatasan pihaknya untuk menyampaikan (pembubaran) secara langsung. 

Sebelumnya, deklarasi pembubaran JI dilakukan di Sentul, Solo dan Bandung. 

“Wong yang di dalam aja sudah susah, jadi ketika deklarasi ini tuh sebelumnya enggak pernah ketemu. Masing-masing mengalami situasi mengamankan diri, jadi deklarasi ini seperti reuni akbar,” jelasnya. (*) 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved