Kisah Pilu Sopyah Anak Perempuan yang Terpaksa Jadi Kuli Bangunan di Indramayu, Jawa Barat

Kakak beradik di Kabupaten Indramayu terpaksa hidup mandiri untuk melanjutkan hidup.

Istimewa
Disdikbud Indramayu bersama pemerintah Kecamatan Indramayu saat mengunjungi kediaman Sopyah dan Samsul di rumah mereka di Jalan Samsu Blok Bong, Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (16/5/2024). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Kakak beradik di Kabupaten Indramayu terpaksa hidup mandiri untuk melanjutkan hidup.

Baca juga: Kisah Kakak Beradik Berjuang Hidup hingga Harus Putus Sekolah di Indramayu, Pemkab Turun Tangan  

Keduanya pun harus merelakan mimpi-mimpi mereka hingga terpaksa putus sekolah.

Sang kakak yang sejatinya adalah seorang perempuan bahkan beralih profesi menjadi buruh kuli bangunan.

Hal ini pula yang membuat penampilannya seperti laki-laki.

Asalkan bisa mendapat pundi-pundi uang untuk menghidupi adiknya, kata Sopyah, pekerjaan apapun akan ia lakukan.

Kisah hidup ini dijalani Sopyah Supriatin (22) dan Samsul Ramadan (15) yang tinggal di rumah yang dibangun di atas tanah pemerintah di Jalan Samsu Blok Bong, Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Sopyah dan Samsul sebenarnya masih memiliki ayah. Meski begitu, keluarga mereka berada di garis kemiskinan. 

Sang ayah terpaksa merantau ke luar kota untuk mencari kerja menjadi buruh serabutan, hasilnya belum mampu mencukupi kebutuhan kakak beradik tersebut.

Sementara sang ibu sudah meninggal dunia beberapa bulan lalu.

“Tinggal berdua di sini sudah satu tahun,” ujar Sopyah kepada Tribuncirebon.com, Kamis (16/5/2024).

Sopyah menceritakan, selama ditinggal orang tua, kadang ada tetangga yang berbaik hati memberikan makan.

Namun, ia memilih ingin bekerja bahkan sejak putus sekolah beberapa tahun lalu lantaran enggan membebani siapa pun apalagi dengan kondisi yang dialaminya.

“Kalau sekarang suka ikut-ikut kerja bangunan,” ujar dia.

Sopyah mengaku tidak masalah ikut kerja kasar meski dirinya adalah seorang perempuan. 

Apapun yang disuruh akan ia lakukan, seperti mengangkut semen, mengaduk semen, dan lain sebagainya. 

Jika bekerja, dalam sehari Sopyah bisa membawa upah hingga Rp 120 ribu.

Namun, pekerjaan tersebut tidak datang setiap hari. 

Dalam beberapa hari terakhir ini, Sopyah menganggur karena tidak ada panggilan bekerja.

“Ini juga lagi gak kerja-kerja,” ujar dia.

Sopyah sendiri mengakui, ia dan adiknya terkadang sampai tidak bisa makan lantaran tak memiliki uang.

“Kadang pernah dua hari gak makan, kadang pernah tiga hari,” ujar dia.

Beruntung, kisah keduanya kini sudah sampai ke telinga pemerintah daerah. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Indramayu dan Pemerintah Kecamatan Indramayu sudah datang mengunjungi keduanya.

Mereka turut membawa sejumlah bantuan untuk Sopyah dan Samsul.

Pemerintah daerah juga berjanji memfasilitasi keduanya untuk melanjutkan sekolah.

Sopyah yang putus sekolah saat SMP dahulu difasilitasi untuk ikut kejar paket dan diberikan modal untuk usaha.

Sementara adiknya, Samsul yang putus sekolah setahun lalu saat kenaikan kelas dari kelas 7 ke kelas 8 di SMPN 4 Sindang kini sudah bisa kembali sekolah.

Samsul pindah dari SMPN 4 Sindang ke SMPN 3 Sindang untuk melanjutkan pendidikan.

“Alhamdulillah saya bersama teman-teman Disdikbud bersama juga Pak Camat sudah mengunjungi kediaman Sopyah bersama Samsul,” ujar Kepala Disdikbud Indramayu, Caridin. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved