Sosok Damar, Disabilitas Bukan Penghalang Jadi Guru yang Baik, Terharu Jika Anak Didiknya Sukses

Dadan Mochamad Ramdhan, seorang guru di SMPN 20 Bandung memiliki semangat juang tinggi dalam mengajar.

Penulis: Nappisah | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/NAPPISAH
Dadan Mochamad Ramdhan, guru di SMPN 20 Kota Bandung penyandang disabilitas daksa yang memiliki semangat juang tinggi dalam mengajar. 

"Tenaga kesehatan itu harus ada persyaratan jasmani dan rohani. Saya belajar ketika ada keinginan yang kuat, semesta mendukung pun betul, menjawab dengan energi positif kita," kata dia.

Damar mengatakan, saat bermimpi tinggi jangan takut untuk jatuh, meskipun jatuh akan jatuh di antara bintang-bintang.

"Walau baru teralisasikan selama tujuh tahun, ini benar kerja keras, keringat, air mata saya," ungkapnya.

Menjadi tenaga pendidik, Damar mengakui pernah mempunyai rasa traumatis saat duduk dibangku kuliah.

"Pernah dihina cacat. Energi itu yang selalu saya bawa, tapi saat ini membalasnya dengan karya. Saat orang tersebut melihat, setidaknya sekarang saya lebih baik dari yang dihinakan," paparnya.

Dadan Mochamad Ramdhan c
Dadan Mochamad Ramdhan, guru di SMPN 20 Kota Bandung penyandang disabilitas daksa yang memiliki semangat juang tinggi dalam mengajar.

Spirit tersebut dibawanya untuk bisa mengabdi kepada penyandang serupa.

"Saya masih beruntung, apakah yang lain seberuntung saya? ingin berbagi agar kita bisa survive di jalan masing-masing," katanya.

"Sebelum ke sana, saya jauh dari profesi itu menjadi staff, rekam medis," ungkapnya.

Baca juga: 50 LINK Twibbon Hari Guru Nasional 2023 Terbaru, Gratis dan Desain Menarik, Bagikan di FB dan IG

Menurutnya, tantangan mendidik murid keterbatasan fisik terlebih ia penyintas disabilitas daksa.

"Sangat sulit menulis di papan tulis, tapi harus punya trik dan cara lain tetap menyampaikan ilmu pesan pembelajaran dengan metode bisa dikemas dengan sedemikian rupa," ujarnya.

Menurutnya, tantangan guru saat ini mendidik karakter murid.

Tidak hanya memberikan ilmu, namun jadi suri tauladan.

Perjuangan ia untuk bisa mengajar dengan menempuh jarak kurang lebih 33 KM.

Selepas subuh, ia dengan rutin menggunakan kereta api sebagai penunjang transfortasi untuk sampai ke tempat mengajar.

"Saya berangkat sehabis subuh karena mengejar kereta api, mengingat saya di Cikancung, Cicalengka butuh spend time yang banyak harus bangun subuh dan siap-siap," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved