Begini Langkah Kesiapsiagaan Hadapi Ancaman Sesar Lembang

Setelah guncangan pertama terasa, Teten menyarankan masyarakat untuk berlindung sementara

Dok Tribun Jabar
TETEN ALI MULKU ENGKUN - Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Teten Ali Mulku Engkun (kiri) saat di Studio Tribun Jabar, Jalan Sekelimus Utara No 2-4, beberapa waktu lalu. Teten Ali Mulku Engkun, menegaskan bahwa kunci menghadapi potensi bencana bukan hanya pada kekuatan bangunan, tetapi juga pada kesiapan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sesar Lembang yang membentang sepanjang kurang lebih 29 kilometer dari wilayah Padalarang hingga Cimenyan, terus menjadi perhatian karena potensi gempanya yang bisa mencapai magnitudo 6,8 hingga 7. 

Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Teten Ali Mulku Engkun, menegaskan bahwa kunci menghadapi potensi bencana bukan hanya pada kekuatan bangunan, tetapi juga pada kesiapan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat.

“Yang pertama, jangan panik. Itu hal paling utama ketika terjadi gempa. Selanjutnya, kita harus tahu jalur evakuasi di lokasi kita berada. Itu protap (prosedur tetap), tidak hanya di sekitar Sesar Lembang, tapi dimanapun kita berada,” kata Teten di Studio Tribun Jabar, Jalan Sekelimus Utara No 2-4, beberapa waktu lalu.

Baca juga: BPBD Ingatkan Potensi Gempa Sesar Lembang di Bandung Raya, Bahaya Jika Bangunan Tak Tahan Guncangan

Menurutnya, setiap orang perlu memahami kemana harus bergerak jika terjadi gempa.

“Begitu masuk suatu tempat, kita harus tahu di mana jalur evakuasi, ke mana kita harus keluar bila terjadi hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.

Setelah guncangan pertama terasa, Teten menyarankan masyarakat untuk berlindung sementara di tempat yang aman sebelum bergegas keluar. 

“Kalau misalnya terjadi gempa, kita bisa berlindung di bawah meja atau kursi, melindungi kepala, lalu setelah guncangan reda baru keluar menuju jalur evakuasi yang benar,” ujarnya.

Selain itu, komunikasi dengan keluarga dan orang terdekat menjadi sangat penting.

“Jangan saling menunggu, setelah gempa, langsung bergerak menuju titik kumpul yang sudah ditentukan. Biasanya tiap wilayah sudah memiliki titik kumpul, dan kalau belum ada, kami di pemerintah provinsi sudah mengeluarkan edaran agar perangkat kewilayahan melaporkannya. Dengan begitu, kami bisa informasikan ke warga di Jawa Barat mana saja jalur evakuasi dan titik kumpul yang resmi,” kata Teten.

Ia menekankan bahwa titik kumpul sebaiknya tidak hanya besar di tingkat kota atau kecamatan, tetapi juga kecil dan dekat dengan warga.

Baca juga: Ancaman Gempa Sesar Lembang Makin Nyata, Pembangunan Gedung di Bandung Kini Diperketat

“Harus ada titik kumpul di tingkat RT, RW, bahkan desa, sehingga evakuasi bisa lebih cepat dan terarah,” ucapnya.

Selain jalur evakuasi, Teten juga menyoroti pentingnya setiap individu memiliki tas siaga bencana. 

“Satu orang satu tas, isinya bisa pakaian, obat-obatan, makanan ringan, air minum, dan barang penting lain. Jangan sampai ketika terjadi bencana, kita kebingungan mencari keperluan dasar,” tegasnya.

Tas siaga bencana, menurutnya, harus disimpan di tempat yang mudah dijangkau, bukan di lokasi yang sulit diambil.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved