Kasus Talasemia di Jabar Tertinggi, YTI Sarankan Skrining, Biaya Transfusi Darah Capai Rp 400 Juta

Penderita talasimia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Saat ini, sudah ada 12 ribu kasus dan 40 persennya berada di Jawa Barat (Jabar).

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/NAZMI ABDURAHMAN
Ketua Yayasan Talasemia Indonesia Rusandi (kanan) dan Ketua STFI Dr. apt. Adang Firmansyah, M.Si. Penderita talasemia di Indonesia sudah ada 12 ribu kasus dan 40 persennya berada di Jawa Barat. 

Laporan wartawan Tribunjabar.id Nazmi Abdurrahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Penderita talasemia mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Saat ini, sudah ada 12 ribu kasus dan 40 persennya berada di Jawa Barat (Jabar).

Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan Talasemia Indonesia (YTI), Ruswandi saat acara skrining talasemia yang digelar Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung Rabu (22/11/2023).

"Dari total jumlah 12.155, 40 persennya ada di Jabar. Jabar ini jadi daerah paling besar," ujar Ruswandi.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang talasimia.

Padahal, talasimia masuk dalam kategori penyakit dengan pembiayaan tertinggi yang dicover BPJS Kesehatan.

Melalui kegiatan skrining ini, kata dia, masyarakat dan akademisi diedukasi tentang talasimia agar lebih peduli dan mau melakukan pemeriksaan untuk menekan kasus tersebut.

"Masyarakat sampai hari ini masih banyak yang tidak mengetahui talasemia itu apa, ada yang berpikir penyakit ini menular, itu salah, ini murni faktor genetik, ini bisa dicegah, masalahnya kalau gak dicegah, semakin lama, semakin berat beban negara dan pemerintah, terutama BPJS," katanya.

Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan pemeriksaan sebelum menikah.

Jika hasilnya ditemukan ada carrier atau pembawa sifat, disarankan untuk mencari pasangan yang normal.

"Kalau bertemu dengan pasangan pembawa sifat juga, akan lahir talasemia mayor, yaitu anemia yang harus menjalani transfusi darah dan itu membutuhkan biaya mahal," ucapnya.

Ketua STFI Dr. apt Adang Firmansyah menambahkan, skrining ini dilakukan agar tidak terjadi ledakan kasus talasemia di Indonesia.

"Talasemia ini karena belum banyak yang ter-skrining, ini hidden. Ini bisa jadi gunung es sebetulnya karena yang ketahuan baru sedikit," katanya.

"Bahkan, orang banyak yang tidak tahu, penderita hanya 12-20 ribu tapi habiskan BPJS Rp 600 miliar, satu orang bisa habiskan Rp 400 juta untuk transfusi darah," ujar Adang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved